Soni bisa melihat kepedihan di hati Cia ketika ia mendengar istrinya itu bicara. Yah, kesalahannya sangat fatal dan ia tak bisa memutar waktu. Ia membelai air mata di pipi Cia dengan jemarinya. "Kamu bisa menghukum aku dengan cara apa pun. Aku bakal terima, Sayang. Tapi aku nggak bisa berjauhan dengan kamu dan anak kita lagi. Bayi perempuan kita," ujar Soni. Ia meletakkan tangannya di perut Cia. "Aku nggak akan membuat bayi kita kesepian, Sayang. Aku janji." Cia menyedot hidungnya keras-keras. "Om bersedia aku hukum apa aja?" "Ya. Asalkan kamu bisa memaafkan aku, aku bisa ngelakuin apa aja," kata Soni. Cia mencebik, karena kini ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. "Om keluar aja sana." Ia mengedikkan dagunya ke arah pintu. "Keluar?" Cia mengangguk. "Aku ngantuk, aku harus tidur."