“Anjani?” Wanita itu menyunggingkan senyum lebarnya ketika ia datang menemui Ghani di toko roti miliknya. “Iya, kok kaget gitu sih?” Bagaimana tidak kaget, wanita itu datang ke tokonya dan membeli cukup banyak roti yang diambil secara acak dan ketika dihitung ada sekitar dua puluh lima. “Dalam rangka apa sepagi ini ngeborong?” Ghani tidak kuasa menahan rasa penasarannya. Gimana nggak aneh, ia ingat betul bagaimana raut wajah Anjani ketika mereka mengalami sedikit perselisihan. Wajahnya memerah dan rahangnya berkedut seolah giginya sedang ditahan agar tidak beradu terlalu keras. Tapi raut wajah yang saat ini ditampilkan olehnya sungguh berbeda. Tidak ada aura permusuhan seperti yang ditampilkannya tempo lalu. “Kemarin kami memenangkan sebuah kasus yang sulit. Hari ini aku mau ment