"Sampai kapan kamu seperti ini, Mas?" Hari-hari berlalu begitu lambat, dan setiap detiknya terasa begitu berat bagi Sisil. Ia terus menunggu Keanu sadar, tetapi suaminya tetap terbaring tak bergerak. Di saat semua terasa semakin menyiksa, satu orang yang selalu hadir untuknya adalah Putra. Kakak iparnya itu selalu datang, memastikan Sisil tidak merasa sendirian dalam menghadapi semua ini. --- "Sisil," suara berat Putra terdengar. Sisil menoleh, matanya masih sembab akibat menangis. "Mas Putra…" Putra masuk, membawa kantong plastik berisi makanan. "Kamu sudah makan?" tanyanya lembut. Sisil menggeleng. "Aku tidak lapar." Putra menghela napas dan meletakkan kantong itu di meja. "Kamu tidak boleh seperti ini terus, Sil. Aku tahu kamu lelah, aku tahu kamu sedih. Tapi kamu harus jaga kes