“Hai, tetangga. Penghuni nomor dua, kan?” pria itu tersenyum ke arah Halwa dan membuat Halwa terbelalak seketika. Cengkeramannya pada bungkus kue yang ada di tangan kanannya menjadi semakin kuat sementara tubuhnya sendiri bergetar hebat. “A-apa yang Anda lakukan disini, Sir?” Tanya Halwa dengan lirih. Mirza masih saja tersenyum dan malah dengan sengaja melipat kedua lengan di depan perutnya dan bersandar pada daun pintu dengan bahunya. “Entahlah.” Jawabnya dengan santainya. “Menurutmu?” pria itu balik bertanya kepadanya. Bukannya menjawab, Halwa malah balik menggelengkan kepalanya. “Ayolah, coba tebak alasan kenapa aku ada disini sekarang. Jawabannya hanya satu dan aku yakin kamu juga tahu.” Lanjutnya dengan nada jahil yang membuat Halwa kembali menggelengkan kepala. “Saya berubah pi