“Bu Adya!” Adya yang sedang bersitegang dengan Elo di lorong lantai redaksi, langsung mengerutkan kening saat melihat seorang sekuriti berlari tergesa mendekatinya. “Astaga, Bu! Saya sudah voip dan telpon Ibu berkali-kali dari tadi, tapi nggak diangkat.” Sekuriti bertubuh tambun itu menunduk, menumpu pada lututnya sambil terengah. “Kenapa, Pak?” tanya Adya menatap tajam. “Hape saya di meja.” “Itu … Mbak Sinar … securiti gedung bil–” Elo yang sejak tadi hanya diam, langsung menegang. “Sinar kenapa, Pak?” “Kejebak di lift, Mas. Berhenti di lantai 10 dan 11 … Tadi sempat minta—” Ucapan sang sekuriti terpotong karena Adya langsung berbalik dan berjalan cepat tanpa menunggu penjelasan lengkap. Elo menepuk punggung pria itu. “Ikut saya, Pak.” “Tapi Bu Adya, Mas!” “Adya sudah ngerti!”

