“Boleh!” “Ada yang masih kosong kok … di depan Jena.” Karina masih berseru sembari menampilkan raut wajah cerianya. Ia menunjuk- nunjuk kursi di hadapan Jena yang masih kosong itu, tepatnya kursi di samping Rehan. Senyumnya mengembang kian lebar. Terlebih saat ini memang keadaannya sangat mendukung. Kursi kosong di hadapan Jena benar- benar membawa keberuntungan baginya. Jun dan Jena yang sama- sama terkejut itu kemudian menatap Karina dengan bersamaan. Mereka tak tahu bahwa Karina akan dengan kerasnya mengucapkan kalimat tersebut, sehingga membuat beberapa orang yang melintas dan duduk di dekat meja mereka mendadak menatap pada meja mereka. “Boleh?” Bayu kembali bertanya. Ia masih tersenyum dengan gugup. Tampak sekali ia menanti jawaban yang bukan penolakan dari Jena dan teman- tem