Suasana di ruang pertemuan pribadi di sebuah hotel butik tua di Jakarta Pusat terasa mencekik. Ruangan itu kedap suara, remang-remang, dan dijaga ketat oleh dua lapis pengamanan dari tim Tio. Ini adalah tempat yang Jason Sanders pilih sendiri, lokasi yang menurutnya paling tidak mungkin dilacak oleh Nicholas. Jafran Abimana tiba lebih dulu. Pria itu berdiri di samping jendela, menatap pemandangan kota yang basah oleh hujan sore. Wajahnya keras, penuh perhitungan, tidak ada sedikit pun kehangatan yang tersisa. Ia tidak datang untuk bernegosiasi; ia datang untuk menegaskan kendali. Lima menit kemudian, Jason Sanders masuk, didampingi oleh dua bodyguard Jafran yang besar. Jason terlihat lelah, jas mahalnya kusut, dan matanya cekung karena kurang tidur dan ketakutan. Ia tampak seperti bayang

