"Kamu aman, Zumena," desis Jafran, suaranya serak dan dalam. "Di sini, tidak ada yang bisa menyentuhmu." "Klaim aku, Jafran," Zumena membalas, suaranya bergetar karena emosi dan hasrat yang tertahan. "Ambil semua ketakutan ini dariku." Jafran tidak menunggu lagi. Ia merosot turun, bibirnya menemukan bibir Zumena dengan desakan yang menuntut. Ciuman itu keras, penuh kepemilikan. Ini bukan ciuman lembut, melainkan klaim. Lidah Jafran masuk, menjelajah dengan tergesa-gesa, menuntut Zumena meresponsnya dengan intensitas yang sama. Zumena memejamkan mata, membalas ciuman itu dengan keputusasaan yang sama. Jemarinya mencengkeram erat bahu Jafran, menariknya lebih dekat. "Hmmm ...." Jafran mengerang pelan, menikmati respons liar Zumena. Tangan besar Jafran bergerak cepat. Satu tangan mem

