Jafran mengangkat Zumena dari meja, membawanya ke lantai, ke atas karpet tebal. Ia memasuki Zumena dengan gerakan yang lambat dan terukur, gerakan yang dimaksudkan untuk menenangkan, bukan untuk menguasai. "Kita adalah satu, Zumena. Tidak ada perpecahan. Dua jiwa yang berjuang untuk satu tujuan. Ohhh ... Rasakan aku di dalammu. Rasakan bahwa kamu utuh." "Ahhh ... Ya, Jafran. Aku merasa utuh. Aku merasa aku bisa melawan apa pun. Aku adalah Zumena-mu. Eughhh ... Hanya untukmu." Mereka mencapai klimaks yang lembut dan panjang, bukan ledakan, tetapi penutupan yang menenangkan. Setelah keintiman itu, Zumena dan Jafran terbaring di lantai ruang kerja, di antara dokumen hukum yang berserakan. Zumena kini merasa tenang. Dia menyadari bahwa dia tidak harus memilih antara dua sisi di

