“Kita akan menyusun strategi di sini,” kata Jafran, menunjukkan laporan Bambang dan hasil awal pelacakan safe deposit box di Depok. “Aku mengerti mengapa kamu tidak mau ke Italia. Kamu ingin melihat Nicholas jatuh di sini,” Jafran menatap matanya. “Baik. Kita akan meruntuhkannya di sini. Kita akan mengakhiri perang ini, bukan lari darinya.” Jafran memegang tangan Zumena, menciumnya. “Sekarang, istirahatlah. Kita punya waktu. Kita aman.” Zumena mengangguk. Dia tahu, komitmennya untuk tetap tinggal dan melawan Nicholas demi Ayahnya, telah memperkuat ikatan dan tujuan mereka. Vila terpencil itu, yang seharusnya menjadi tempat persembunyian rahasia, kini menjadi markas perang mereka. Malam itu, Zumena dan Jafran makan malam sederhana di teras vila, dikelilingi oleh suara jangkrik da

