Bara tidak lagi mengerti dengan pemikirannya sendiri. Mengapa ia harus mencium Ratna saat gadis itu akan keluar. Salahkan pada otak sintingnya yang masih menginginkan Ratna lebih dari apa pun. Dan itu berimbas dengan perbuatan mulutnya, mencium Ratna tanpa pernah mau berhenti. Jika saja Ratna tidak memukuli dadanya karena kehabisan napas mungkin tubuh kecil itu sudah terkoyak di atas meja. Sialan! Bara memijit keningnya sambil menghempaskan tubuh di sisi ranjang. Denyutan sakit semakin terasa menggerogoti kepalanya. Bara tidak menyangka sama sekali Ratna akan memilih mempertahankan kandungannya dan berhenti bekerja seperti ini. Bara kira wanita miskin hanya memikirkan harta, dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang. Satu hal yang berbeda, Ratna bukan lah jenis wanita seperti