“Zira?” sapaan yang terdengar di sana sontak membuat Zira mengangkat pandangan. Sebentar melihat ke sembarang arah sampai dia menemukan si pemilik suara. “aku tidak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Apa kabar?” Orang lain yang ternyata adalah dokter Adam sontak membuat Zira mengangguk pelan. “Selamat siang, Dokter. Alhamdulillah saya baik. Pak dokter sendiri bagaimana?” Padahal hanya 3 harian dia tidak bertemu dokter Adam dan ekspresi pria itu seperti 10 tahun tak bertemu. Yang dia sayangkan adalah, kenapa dia harus bertemu dengan dokter Adam saat si pemarah juga ada bersamanya? Meski statusnya dan dokter Adam adalah sahabat, tetap saja ini bencana. “Alhamdulillah aku baik juga.” Dokter Adam tersenyum ramah seperti biasa. “Dirga sudah baikkan ‘kan?” “Ya. Dirga sudah sehat.” “Syukur

