21. Patient

1075 Kata
"Suka?" Deni bertanya setelah beberapa saat ia hanya memperhatikan Prisa yang tengah menyeruput minuman miliknya. Sesuai janji mereka sebelumnya, sepulang dari kantor mereka memutuskan untuk mampir dulu di sebuah kafe untuk sekedar bersantai sejenak. Prisa mengangguk dan tersenyum, "pas banget manisnya, nggak kemanisan." "Akhirnya, biasanya kamu ngeluh terus minuman kamu kemanisan. Tapi kakak yakin kalau menurut orang lain sih itu bakalan kurang manis." Prisa terkekeh, "jarang banget ya kak, makanya kadang aku suka malas mesen minuman yang beginian. Tadinya juga males, tapi untung Kak Deni maksa." "Iya soalnya, kakak pernah kesini bareng teman dan katanya minumannya kurang manis. Makanya kakak ngide ngajak kamu kesini, eh tahunya emang beneran pas di lidah kamu." "Wah, makasih loh kak. Ternyata udah ada perkiraan sebelumnya, mantap banget." "Iya dong, emang ya orang manis ga perlu lagi gula berlebih." "Eh, kan jadi malu," Prisa menanggapi ucapan Deni dengan tawa. "Oh iya Pris, mama kamu gimana?" "Syukurlah kak, udah membaik setelah pengobatan kemarin. Makasih ya kak, semuanya juga berkat bantuan Kak Deni. Kata dokter kalau nggak ada keluhan yang berarti, mama bisa pulang besok atau lusa." Deni ikut menunjukkan wajah lega mendengar penjelasan Prisa, "syukurlah, akhirnya mama kamu bisa pulang." "Setelah rasanya kali ini mama lama banget di rawat di rumah sakit, bahkan aku udah ngerasa rumahku sekarang di rumah sakit karena udah jarang banget ke rumah. Apa-apa aku kerjain di rumah sakit." "Dan akhirnya kamu bisa istirahat dengan lebih baik setelah ini. Walaupun kamu nggak bilang, tapi kamu emang kelihatan butuh banget buat istirahat." Prisa hanya menjawab dengan senyum atas kekhawatiran Deni. "Janji ya Prisa, setelah mama kamu pulang ke rumah, kamu harus banyakin istirahat, makan teratur dan sediain waktu buat healing diri kamu sendiri. Okey? Dan satu lagi jangan banyak pikiran, apa-apa dipikirin sendiri itu ga bagus." lanjut Deni mengingatkan gadis itu. "Gimana ga mau mikir, masih banyak hal yang harus aku lakuin kak. Pengobatan mama masih banyak." "Masalah pengobatan mama kakak bakal usahain lagi. Udah jangan pusing." "Ih, ya kan ga bisa gitu. Kalaupun gitu ya ga bisa semuanya Kak Deni." "Dah lah, bicarain nanti aja. Kamu itu ya dinasehatin yang baik ada aja jawabnya." Prisa terkekeh karena gaya bicara Deni terakhir mengingatkannya pada masa sekolah dulu saat mereka masih berstatus senior belagu dan junior polos. "Iya Kak Deniiii, kok jadi bawel sih?" "Ya gimana lagi, kamu sempat periksa berat badan nggak?" Prisa menggeleng, "enggak, kenapa memangnya?" "Coba deh periksa, kakak mau bertaruh kalau berat badan kamu berkurang banyak." Prisa bergerak menyentuh wajahnya, "emang kelihatan kurus banget ya?" "Nggak terlalu sih, biasa aja." "Tapi emang sih, kalau diperhatiin emang kayaknya sekarang aku kurus banget. Efek kurang tidur kayaknya, mana mataku juga bengkak," Prisa kini memperhatikan wajahnya melalui pantulan layar handphone miliknya. "Tapi tetep cantik kok." Ucapan pendek Deni berhasil membuat Prisa terdiam sejenak lalu langsung melempar senyum ke arah Deni, "seriusan?" "Apanya?" "Itu, ngomong cantik nya. Serius aku cantik?" Deni mengerutkan dahinya sekilas mendengarkan pertanyaan Prisa yang tidak biasa-biasanya. Karena biasanya tiap kali ia memuji, Prisa pasti berlagak tidak memperdulikan. "Oh, ga jadi berarti," Prisa kembali bicara membuat kesimpulan sendiri. Deni tertawa melihat tingkah Prisa, "ya cantik lah, memang kamu cantik, cantik wajah apalagi hatinya. Kamu pikir apa alasan kakak suka sama kamu?" "Oh gitu, yaudah deh kalau emang begitu, ayo lanjut." "Lanjut? Apanya yang lanjut??" Deni bingung tidak mengerti. "Ya kita nya, emang mau begini terus? Sampai kapan? Udah sejak zaman SMA loh kita begini." Deni semakin dibuat kaget, bahkan ia menatap Prisa dengan mata membelalak, "Pris, kamu kenapa?" "Enggak, aku ga kenapa-napa kok. Emangnya ada yang salah?" "Omongan kamu, serius aneh banget. Kayak yang bukan seorang Prisa yang kakak kenal." Prisa menghela napas pendek, "emangnya ada yang salah ya kak dari ucapan aku? Yaudah sih kalau kakak nggak mau nanggepin. Nggak usah dipikirin juga." * "Kak? Kak Deni??" "Ya?" "Kakak kenapa? Kok dari tadi diam aja? Kenapa? Ada masalah?" tanya Prisa karena sejak pulang dari kafe tadi Deni banyak diam, tidak seperti biasanya. Padahal biasanya ia akan selalu dengan semangat bercerita apapun saat bersama Prisa, tidak pernah ada perjalanan yang sepi di antara mereka. Namun sekarang Deni hanya diam memperhatikan jalanan dengan wajah yang seperti memikirkan sesuatu. "Ehm," Deni sedikit mendehem sebelum mulai menjawab, "Pris...," "Ya??" "Kakak sebenarnya mau ngomong sesuatu sama kamu. Sebenarnya kakak paham sama maksud kamu di kafe tadi." Prisa langsung menujukkan wajah bersemangat ingin mendengar apa lagi yang akan dibicarakan Deni, "oh ya? Terus?" Deni menarik napas dalam dan menghembuskannya agak keras, "dari awal sebenarnya kakak mau cerita tapi gak tahu gimana ceritainnya." Prisa mengerutkan dahinya bingung, "maksudnya? Yaudah mulai cerita dari mana aja, aku bakal coba pahami kok. Aku kan sebelumnya juga gitu dan kakak mau dengerin, ayo sekarang gantian." "Eum.., intinya adalah.., kakak sayang banget sama kamu Pris." "Lalu?" "Tapi untuk sekarang lebih baik kita memang seperti ini saja dulu." Prisa semakin bingung dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Deni, "karena apa?" "Kakak belum bisa jelasin, tapi sejak dari kafe tadi ini jadi beban pikiran di kakak, Pris. Kakak cuma mau jangan ada yang berubah dulu di antara kita baik kurang maupun lebih." Prisa sedikit tertawa, "wah, ini memang sedikit membingungkan sih kak, haha." "Ada masalah di rumah dan kakak harus selesaikan itu terlebih dahulu. Kakak pengen banget ngejalin hubungan yang jelas sama kamu, bahkan sejak dulu dan kamu tahu benar akan itu. Tapi untuk sekarang kakak memang harus selesaikan hal lain dulu." "Nyelesain sesuatu? Apa itu hal berat? Kalau memang itu sulit, aku mau kok kak bantu, seenggak nya aku ada disamping kakak saat kakak kesulitan. Sama kayak kakak yang selalu ada disampingku saat aku kesulitan." Dengan cepat Deni menggeleng, "untuk saat ini kamu akan sangat membantu dengan hanya diam tapi tetap disini." Prisa mengerutkan dahinya memperhatikan Deni dengan berbagai pemikiran yang ingin tahu sekali apa yang sebenarnya maksud dari Deni. "Oke? Setuju?" Deni menoleh untuk bertanya dan memastikan tanggapan dari Prisa. "Baiklah, walaupun sebenarnya aku nggak begitu paham, tapi kalau memang Kak Deni pengennya begitu yaudah, aku akan turuti." "Thanks Pris, i love you so much," Deni langsung tersenyum sambil tanpa ragu mengungkapkan perasaannya seraya memegang salah satu tangan Prisa dengan hangat. Prisa awalnya kaget mendengar ucapan Deni, namun disisi lain ia merasa senang karena ia merasa di posisi yang spesial. Seseorang menggenggam tangannya hangat dan menyampaikan ucapan cinta. "Kak Deni, thanks ya udah selalu ada buat aku dan bantuin aku." "Iya, nggak masalah." "Hm.., masalah Kak Deni ga bakalan lama kan?" "Enggak kok, tenang aja. Kamu sabar nungguin kan?" "Tentu." ****************************************** PELAN PELAN AJA DULU SAAAYYYY
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN