Sebulan telah berlalu. Setelah hari di mana kebahagiaan keduanya bermuara pada pelaminan, kini mereka menjalani hari-hari bersama dengan berbagai warna baru. Dalam waktu yang singkat ini, sedikit banyaknya mereka mulai mengenal karakter sesungguhnya masing-masing. Lian tidak sesempurna yang selalu ada di benak Vanya. Vanya tahu akan hal itu dan bersedia menerima kurang lebihnya Lian—sang suami. Begitu pun sebaliknya. Karena mereka memiliki kesadaran bahwa ciptaan-Nya pasti tiada yang sempurna. Pagi ini, lagi-lagi Vanya terbangun dengan pemandangan yang lebih indah daripada pantai atau pun gunung yakni, wajah sang suami yang masih lelap dan damai dalam tidurnya. Setelah melaksanakan salat subuh berjamaah, keduanya memang selalu kembali tidur. Tetapi, Vanya selalu berusaha untuk bangu