Setelah menempuh perjalanan tidak menyenangkan, Vanya pun melihat mobil yang membawanya ini memasuki pekarangan sebuah rumah mewah. Hati Vanya semakin tidak karuan. Tangannya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin. Padahal, tadinya Vanya sangat percaya diri mampu menghadapi malam ini. Malam yang sama sekali tidak pernah ia harapkan ada. Dimana segala kekacauan hatinya yang begitu besar telah menanti di depan sana. Bahkan sebelum malam ini, sebenarnya hati Vanya sudah kacau-balau. Tersangkanya merupakan sosok yang baru saja memarkirkan mobil ini. Dia tampak santai menghadiri acaranya sendiri. Entah apa yang ada dipikirannya? Lian justru membawa Vanya, bukan kedua orang tuanya. Sebenarnya bagaimana konsep lamaran ini!? Semakin dipikirkan, semakin tidak masuk akal Vanya rasa. “Ayo turun