2. AURA HITAM

1026 Kata
Stev dan kelompoknya berburu di sekitar hutan, mereka mendapatkan hasil buruan yang istimewa, tentunya nanti akan membuat para penduduk bersorak gembira. *** Saat turun dari memanjat pohon sirsak, Stev teriak keras hingga mengagetkan teman-temannya. Namun Stev malah tertawa senang, itu karena dia hanya bercanda dan pura-pura terjatuh. "Stev, jangan gila kamu!" teriak Khen dengan kesal. "Jantung kami serasa ingin copot tau," ucap yang lain. Stev segera melompat ke tanah, dan masih terlihat menahan tawa di raut wajahnya, dia merasa bahagia karena berhasil sukses menjahili teman-temannya, kemudian dia mendekat. "Lain kali jangan berbuat nekat lagi, Stev!" ucap Khen. "Tenang saja Kawan, aku gak akan mudah mati sia-sia," jawabnya percaya diri. "Dasar Stev si Hati Ganda!" umpat Khen. Selanjutnya mereka makan buah sirsak bersama-sama, buah itu terasa manis dan nikmat, kandungan airnya juga mengurangi rasa haus di tenggorokan. Setelah buah sirsak habis, mereka berencana pulang ke desa agar para penduduk tidak menunggu terlalu lama. Beberapa menit kemudian, sampailah Stev dan teman-teman di desa. Sorak bahagia para penduduk terdengar meriah, karena menyambut kedatangan mereka, apalagi membawa binatang buruan yang cukup besar. Beberapa anak kecil berlarian senang ke arah mereka, ingin melihat lebih dekat hasil buruan mereka. Para penduduk segera memotong-motong kecil hasil buruan, agar mudah untuk dimasak. Sebagian warga ada yang mengurusi hasil tangkapan ikan, mereka berencana untuk memanggang ikan menggunakan peralatan seadanya. Untuk para wanita membuat bumbu masak agar hasil masakan terasa lezat, ada juga yang mengelupas buah-buahan dan menyiapkan lalapan untuk menemani hidangan daging binatang buruan. Meski di daerah terpencil, mereka juga makan nasi, karena para penduduk juga menanam padi di sana, bahkan mereka memiliki ladang padi yang cukup luas. Mereka menanak nasi menggunakan panci besar yang terbuat dari tanah liat, tentunya menggunakan kayu bakar dalam memasak semuanya. Semua penduduk bekerja sama agar masakan cepat selesai. Kurang dari satu jam, akhirnya semua masakan matang juga. Semua segera mempersiapkan diri untuk makan beramai-ramai, mereka tidak saling berebut, mereka mengambil sesuai porsi masing-masing dan tidak berlebih. Penduduk di desa itu sudah terbiasa menjaga kerukunan antar sesama, bahkan dalam pesta makan bersama seperti itu. Kehidupan di desa Blue-Sky terlihat sangat damai dan bahagia, semuanya berharap seperti itu selama-lamanya. *** Malam hari tiba, Stev dan para penduduk menyalakan api unggun di tengah pemukiman, itu karena akhir-akhir ini cuaca malam cukup dingin. Sebagian besar anak kecil sudah tidur, karena orang tua mereka khawatir jika mereka kedinginan dan sakit. Mereka yang di sekitar api unggun mengobrol dan bercerita menyenangkan sambil menikmati hangatnya api unggun, tak lupa juga ditemani hangatnya teh tradisional buatan penduduk, ada juga warga yang memanggang beberapa jenis ketela di api unggun, tentunya untuk cemilan malam ini. Khen, sahabatnya Stev pandai dalam bercerita, terutama cerita tentang yang lucu-lucu hingga membuat mereka yang menyimak tertawa bahagia, termasuk Stev. "Apa kalian tau? Saat mau mandi tiba-tiba ada ular, pria tersebut langsung lari terbirit-birit tanpa pakaian," kata Khen bercerita. "Hahaha!" tawa mereka yang menyimak cerita. "Dia lari karena saking takutnya dengan ular di sampingnya," kata Khen lanjut bercerita. Semua tertawa bahagia mendengar cerita lucu dari Khen tersebut hingga selesai, dia bercerita tentang seorang pria yang phobia dengan ular. Malam hari disertai canda dan tawa Stev dan teman-temannya, bahkan Stev sampai sakit perut karena tertawa terus. "Udah-udah cukup! Aku sudah gak kuat tertawa lagi," pinta Stev masih sedikit menahan tawa. Mereka pun mengobrol santai karena waktu semakin malam, hal itu agar tidak membangunkan para penduduk yang sudah tertidur lelap, terutama anak kecil. "Malam ini langit gelap, gak ada bintang-bintang di langit. Apa mau turun hujan ya?" ucap Stev sambil memandang langit gelap. Mendengar itu, semua yang di sekitar api unggun segera melihat langit malam. "Benar juga, padahal malam-malam kemarin cukup cerah dan banyak bintang bertaburan," balas Khen. "Itu sudah biasa, memang langit mudah berubah," ucap yang lain. Mereka melupakan datangnya langit gelap tersebut, begitu juga dengan Stev. Akan tetapi Stev memiliki perasaan tidak enak, sepertinya dia mendapat firasat buruk, tapi entah itu apa. Stev mencoba tidak memikirkan itu, dia hanya berharap semua akan baik-baik saja. Karena waktu sudah semakin larut, mereka berencana ingin tidur, apalagi api unggun juga sudah padam, hanya tersisa arang panas, asap bekas api unggun juga menipis. "Ya udah, kita akhiri aja cerita malam ini. Ayo kita tidur!" ajak seorang pria berkumis tipis, dia juga salah satu kelompok berburu tadi siang. "Oke!" jawab yang lain. Setelah itu mereka bergegas melangkah menuju rumah masing-masing yang tidak jauh dari sana. "Kalian duluan aja, aku ada keperluan sebentar," saran Stev. "Kamu mau ke mana, Stev?" tanya Khen sahabatnya. "Kencing. Kamu mau ikut?" "Ogah." Stev hanya menahan tawa, sementara Khen sedikit kesal, lalu segera pergi meninggalkannya. Stev menuju semak belukar untuk melakukan niatnya tersebut. Saat Stev sedang kencing, tiba-tiba ada aura hitam melesat dari atas langit, dia tidak sengaja melihat itu, karena saat kencing tadi dia masih terheran melihat langit yang sangat gelap. "Apa itu?" ucap Stev terkejut, dia bergegas menyelesaikan kegiatannya di semak belukar. Dia berusaha mencari aura hitam yang melesat tersebut, akan tetapi sudah menghilang entah ke mana. "Ke mana perginya aura aneh itu?" ucap Stev bertanya-tanya. "Sepertinya itu tanda buruk. Semoga tidak mengincar para penduduk di sini, jika itu terjadi, aku harus bertindak dan mencari solusi yang terbaik." Sekarang Stev mulai waspada, namun dia tidak bisa memberi tahu itu pada semuanya, dia akan mencari tahu lebih dulu kira-kira apa yang akan terjadi. "Sebenarnya itu tadi apa ya?" gumam Stev penasaran sambil melangkah pulang. Stev tinggal bersama orang tua angkatnya, sejak kecil dia diasuh oleh mereka hingga dewasa sekarang. Stev sangat mencintai orang tua angkatnya. Konon katanya, orang tua angkat Stev menemukan bayi Stev di tengah-tengah hutan belantara, bayinya ditemukan di antara dua batu besar. Waktu itu kedua orang tua Stev mendengar tangisan seorang bayi, mereka mencari sumber suara bayi tersebut lalu ditemukanlah bayi Stev di sana. Entah tidak tahu siapa orang tua kandung Stev yang sebenarnya, itu masih misteri. Malam hari ketika semua sudah tidur, ada aura gelap menyebar ke berbagai tempat dan rumah penduduk Blue-Sky, sepertinya itu adalah aura yang tadi dilihat Stev. Sebenarnya itu aura apa? Sangat misterius. Tidak ada yang tahu mengenai aura hitam itu, kecuali Stev. Akan tetapi saat ini Stev juga sedang tertidur lelap sambil memeluk guling, dan bibirnya juga tampak tersenyum, mungkin sedang bermimpi indah malam ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN