Sentuhan yang Michael berikan kepadaku membuat diriku sangat Bahagia. Moodku langsung naik dan semua kegundahaanku otomatis hilang dalam sekejap. Pikiranku terhadap Chris hilang sesaat akibat dari sentuhan yang Michael berikan.
Michael mencium bibirku dan memeluk erat tubuhku. Aroma badannya menempel pada baju yang aku kenakan. Lalu Michael duduk di sampingku dan sekarang kami berpelukan sambal menikmati pemandangan kota New York yang terlihat sangat luar biasa dari jendela kaca kamar Michael yang berukuran sangat besar.
“Terima kasih sudah mau menemani aku ya Michelle.” Kata Michael sambil mengusap kepalaku.
“Iya, sama – sama. Aku juga harusnya terima kasih sama kamu. Karena kamu aku jadi dapat pekerjaan dan pengalaman.” Balasku.
“Iya Michelle.” Michael tersenyum.
“Aku tau kita belum ada hubungan apa – apa sekarang, tapi aku merasakan hal yang luar biasa di hatiku.” Kata Michael.
“Luar biasa ? maksudnya gimana ?” Tanyaku bingung.
“Kalau kamu ada di sisi aku rasanya tentram hati aku. Aku ngerasain yang dulu pernah aku rasa dengan Kiara.” Jawab Michael seraya menatap mataku.
“Tapi aku gak ngejadiin kamu pengganti Kiara, Lebih tepatnya, kamu mengisi kekosongan di hati aku lagi. Lubang yang tadinya ada di hati aku, sekarang jadi terisi lagi dengan adanya kamu.” Tambah Michael.
“Iya, aku ngerti kok.” Balasku seraya tersenyum.
“Aku tau kamu gak ngerasain hal yang sama denganku, tapi aku perlu kamu tau kalau aku memang benar – benar nyaman ada di dekat kamu.” Jelas Michael.
“Iya.” Aku mengangguk.
Lalu terdengar langkah kaki seseorang, lalu ia membuka pintu kamar Michael dengan keras sehingga menimbulkan bunyi benturan antara pintu dan dinding kamar. Aku dan Michael menoleh dan seseorang itu adalah Chris.
“Chris ?” Aku kebingungan.
“Michelle ?” Chris pun ikut kebingungan sama halnya denganku.
“Kamu ngapain di sini ?” Tanya Chris.
“Aku lagi dengan Michael.” Jawabku dengan hati tidak enak.
“Kamu ngapain di sini ?” Tanyaku kepada Chris.
“Aku mau ngasih ni orang pelajaran.” Jawab Chris sambil menunjuk Michael.
“Kenapa dengan gue ?” Michael beranjak dari duduknya dan menghampiri Chris.
“Gara – gara kecurangan yang lu buat perusahaan gue sahamnya anjlok. Client gue kabur.” Protes Chris.
“Kecurangan apa maksud lu ?” Tanya Michael.
“Lu nyebar gossip tentang gue. Lu bilang bahwa gue pernah nipu investor.” Jawab Chris dengan nada tinggi. Mata Chris membelalak dan ia sangat emosi sekarang.
“Hahaha. Gossip itu emang benar kan ? gak usah pura – pura bodoh deh lu. Gue tau kecurangan yang lu buat selama ini.” Ucap Michael.
Aku bingung harus melakukan apa sekarang. Aku hanya bisa menonton perdebatan mereka sambil berfikir dan kebingungan.
“Itu gak benar. Lu jangan macam – macam ya sama gue. Gue tau apa yang lu lakuin sama Michelle sekarang.” Chris menarik kerah baju Michael dan memberi laki – laki itu tatapan tajam.
“Itu benar. Lu udah curang Chris.” Kata Michael seraya tersenyum sinis. Itu membuat Chris semakin emosi mendengar ucapan dari Michael.
“Mana buktinya b******n ?” Murka Chris.
“Emang gue gak ada bukti kejahatan lu tapi gue dulu sahabat lu dan gue tau semua hal tentang lu.” Ucap Michael.
“Liat aja nanti. Kebusukan yang lu buat bakalan terungkap semua.” Ancam Chris.
“Michelle, ayo ikut aku.” Chris menarik tanganku. Tidak terima melihatku pergi bersama Chris, Michael ikut menarik tanganku juga.
“Ngapain bawa Michelle ?” Tanya Michael kepada Chris.
“Karena dia gak pantes buat ada di sini dengan lu.” Jawab Chris dengan penuh emosi.
“Lu yang gak pantes buat dia.” Kata Michael.
“Udah jangan narik – narik tangan aku.” Teriakku.
“Aku mau pulang sendiri aja.” Aku melepaskan pegangan tangan mereka dan pergi keluar dari apartment Michael. Chris mengejarku.
“Tunggu Michelle.” Kata Chris.
“Apa ?” Aku menghentikan jalanku.
“Aku mau ikut pergi sama kamu.” Kata Chris.
Aku menghela nafasku dan menjawab,
“Yaudah ayuk. Tapi aku gak tau mau kemana.”
“Yaudah kita ke rumah aku aja .” Kata Chris.
“Ngapain ?” Tanyaku.
“Makan malam.”
Aku dan Chris menggunakan mobilnya untuk pergi ke rumahnya. Sesampainya kami di rumah Chris, ia memarkirkan mobil di garasinya. Ia menahan tanganku saat aku hendak turun dari mobilnya.
“Aku gak suka kalau kamu dekat – dekat dengan Michael.” Kata Chris.
“Maaf. Tapi aku dia juga teman dekat sekaligus bosku.” Balasku.
“Aku tau, tapi kamu kan gak perlu sedekat itu dengannya.” Protes Chris.
“Aku bakalan menjauh dari dia sampai aku benar – benar memilih.” Ucapku seraya memalingkan wajah.
“Iya, aku terima keputusan kamu. Aku yang salah dari awal udah nyakitin perasaan kamu.” Kata Chris.
“Udah ya, jangan dibahas lagi.” Aku memegang tangannya.
“Oke.” Chris mengangguk.
Aku dan Chris langsung berjalan memasuki dapur. Aku dan Chris akan memasak makan malam bersama. Kami masih tidak mengetahui akan memasak apa, tetapi Chris mempunyai ide jika kami akan makan salad dan wine. Aku tidak setuju dengan idenya itu, karena aku sedang ingin makan daging.
“Aku mau makan steak sih.” Kataku.
“Hmm. Jadi kamu gak mau salad ?” Tanya Chris lagi.
“Enggak.” Aku menggelengkan kepala.
“Oke, biar aku cek dulu di kulkas.” Chris mengecek stok daging di kulkasnya.
“Untung aja ada.” Kata Chris sambil memegang 2 potong daging steak.
“Yey.” Aku sangat gembira karena tidak makan sayuran hari ini.
“Ada yang senang nih.” Chris menyenggol bahuku.
“Senang banget lah, akhirnya gak makan sayuran.” Ucapku.
“Sayuran enak banget loh.” Kata Chris.
“Iya emang enak, tapi hari ini aku lagi gak mood makan sayuran.” Aku cemberut.
“Senyum dong.” Pinta Chris, lalu Chris memegang wajahku dan membentuk senyuman di wajahku dengan tangannya.
“Hahaha. Kamu lucu banget kalau gini.” Chris tertawa.
“Apaan sih.” Aku tersenyum malu.
“Cie ada yang malu nih.” Ejek Chris.
Setengah jam berlalu, steak yang kami masak sudah jadi. Aku dan Chris makan malam berdua dengan suasana yang romantis. Chris duduk di hadapanku sehingga aku bisa melihat jelas wajahnya yang tampan.
Kami makan sambil tersenyum satu sama lain. Aku tidak bisa menahan rasa senang di hatiku. Aku sangat Bahagia bisa menghabiskan malam dengan Chris.
“Steaknya enak.” Kataku.
“Iya enak, siapa dulu dong yang masak, Aku.” Ucap Chris seraya tersenyum.
“Ih, kan aku juga ikut ngebantu masak.” Protesku.
“Tapi kebanyakan aku ni yang masak. Kamu cuma ngeliatin doang.” Chris tersenyum lebar.
“Iya sih, tapi aku juga masak.”Elakku.
“Masak di bagian mananya ?” Tanya Chris sambil menatapku dengan tatapan mengejek.
“Chris, kamu nantangin aku masak ?” Aku menaikkan alis.
“Iya, ayok kita lomba masak berdua.” Tantang Chris,
“Boleh. Kapan – kapan kita lomba masak. Yang lebih enak, menang.” Kataku.
“Hadiahnya apa ?” Tanyaku.
“Terserah yang menang.” Jawab Chris.
“Oke, aku terima tantangan kamu.”