Air mata kesedihan

1041 Kata
“Aku udah beli rumah untuk anakku nanti, kenapa jadi begini,” kataku seraya menangis. “Aku juga udah mau berubah dan menghabiskan seluruh tabunganku untuk tempat tinggalnya nanti, tapi sekarang dia gak ada,” tambahku. Aku menangis terisak – isak sehingga mataku berat untuk terbuka. Aku tenggelam di pelukan Chris. Dadaku sesak, sangat sesak. Aku kehilangan separuh jiwaku, anakku yang aku nanti – nantikan. “Sayang, kamu yang tenang,” ucap Chris seraya mengelus kepalaku. “Gimana aku mau tenang, ak---” aku tidak sanggup melanjutkan perkataanku, dadaku terlalu sesak untuk berbicara. Nafasku tersengal – sengal, rasanya seperti seseorang mencekik leherku. Aku melepaskan pelukan Chris dan kembali berbaring di tempat tidur. Aku mengatur nafasku, perlahan – lahan sesak di dadaku hilang. “Aku minta maaf, aku gak ada maksud buat kamu down lagi,” kata Michael kepadaku. Aku diam dan tidak membalas perkataannya. Aku sudah lelah dan tidak sanggup berbicara lagi apalagi dengan Michael. “Kamu bisa melewati ini sayang,” Chris menatapku, lalu ia mengecup keningku. Aku memejamkan mata sejenak untuk menenangkan diriku. Aku benar – benar stress dan kacau. Suasana hatiku juga tidak karuan sehingga kekosongan di dalam diriku muncul kembali. Tetapi kali ini berbeda, Chris ada di sisiku sekarang sebagai milikku. Itu memberikan cahaya di hatiku yang gelap. Michael duduk di samping kiriku, ia sepertinya ikut khawatir dan bersedih karena kehilangan calon anaknya. Matanya merah, bisa dilihat ia sedang menahan tangisan. “Maybe you’re right Michael, aku p*****r. Mungkin aku memang gak pantas untuk merawat seorang anak,” ucapku. Michael bangkit dari duduknya, “aku minta maaf, aku gak ada maksud buat bikin kamu jadi kayak gini.” “Sudahlah, aku sudah muak. Katanya kamu bahagia kalau aku bahagia, kenapa kamu marah – marah tadi setelah aku memilih Chris?” tanyaku. “Aku cuma kecewa aja, apa aku gak boleh kecewa?” Michael membalikkan pertanyaanku. “Kamu boleh kecewa, tapi---” “Ah, sudahlah. Aku capek,” tambahku. Michael mencoba untuk memegang tanganku, tetapi Chris mencegahnya, “jangan sentuh Michelle,” larang Chris. “Oke,” jawab Michael. “Aku udah boleh pulang gak ya hari ini?” tanyaku kepada Chris. “Belum sayang, kamu habis keguguran. Gak mungkin kamu pulang hari ini,” jawabnya. “Tapi aku mau pulang,” pintaku sambil menangis. Chris mendekatkan dirinya kepadaku dan mengelus wajahku menggunakan ibu jarinya, “kamu yang tenang ya, kan ada aku di sini.” “Kamu mau apa? Aku beliin donat ya?” tawar Michael kepadaku. Aku tertawa sarkas, “donat? Aku mau anak aku balik.” “Kamu kira kamu doang yang sedih? Aku juga sedih, sedih banget. Kamu selalu merasa yang paling tersakiti, apa kabar aku.” Protes Michael kepadaku. Aku tidak menyangka dalam kondisi seperti ini Michael masih tidak bisa mengontrol emosinya. “Lu bisa gak sih tenang sedikit?” Chris balik protes kepada Michael. “Enggak. Gue udah sabar – sabar dari tadi tap---” “Ahh,” lanjut Michael, lalu ia memukul dinding menggunakan tangannya. Itu membuatku tersentak. Chris mendekati Michael dan menyentuh punggungnya, “lu yang tenang dong.” Michael memeluk Chris erat, itu membuatku terkejut bukan main. “Gue ngerti lu lagi sedih karena kehilangan anak lu. Sabar ya,” ucap Chris kepada Michael. “Gue keluar dulu deh,” kata Michael, lalu ia pergi keluar dari kamar. Chris duduk di samping ranjangku, ia menatapku, “aku beli makanan dulu ya buat kamu, makanan rumah sakit kan gak enak.” “Aku gak nafsu makan,” balasku. “Sayang, kamu harus makan. Pokoknya aku beli makanan dulu,” Aku menarik tangan Chris ketika ia hendak pergi, “tunggu, kenapa kamu gak pesan aja? Aku gak mau ditinggal.” “Oh iya juga, aku pesan dulu ya. Kamu mau makan apa?” tanya Chris. “Hmm, aku mau donat coklat.” Jawabku. “Lah, tadi ditawarin Michael kamu gak mau,” Chris mengernyitkan dahi. “Ya, aku gak mau kalau dia yang beliin,” aku memalingkan wajah. Chris tertawa, “hahaha, yaudah. Ini aku pesan dulu ya. Aku juga pesan beef teriyaki untuk makan siang kita.” Aku mengangguk. Tidak perlu memerlukan waktu lama, makanan yang kami pesan datang juga. Aku hanya ingin memakan donat coklat, aku tidak nafsu untuk makan nasi. “Kamu harus makan nasinya, jangan donat terus,” ucap Chris. Chris membuka kotak makanan yang berisi beef teriyaki dan menyuapiku. Setelah aku menghabiskan makanan, aku beristirahat ditemani Chris yang berbaring di sampingku. Rasanya sangat nyaman bisa merasakan kehangatan dari seseorang yang aku cintai. Aku mencintai dia dengan sepenuh hatiku. *** Malamnya aku terbangun dari tidurku. Aku melirik ke jam dinding, waktu menunjukkan pukul 1 malam. Chris tidak ada di sampingku maupun di ruangan. Aku meraih hpku yang terletak di atas nakas, kemudian aku menelfon Chris. “Halo, kamu dimana?” tanyaku khawatir. “Aku lagi keluar sebentar beli cemilan, bentar lagi aku sampai kok.” Aku menutup telfon, lalu Michael masuk ke dalam kamarku. “Michael? ngapain kamu ke sini malam – malam?” tanyaku kepada Michael. Michael berjalan pelan menghampiriku, ia berdiri tepat di sampingku dengan wajah memelas, “aku mau minta maaf sama kamu, aku gak bermaksud untuk menyakiti kamu ataupun anak kita.” “Iya, gak apa – apa kok,” jawabku, aku memalingkan wajah. Aku tidak sanggup untuk menatap wajahnya. “Tapi satu hal yang harus kamu percaya sama aku adalah aku cinta kamu setulus hatiku,” kata Michael. Michael memberikanku senyuman sebelum ia pergi dari hadapanku. Tidak lama setelah Michael pergi Chris datang masuk ke kamarku seraya melirik keluar kamar, “tadi Michael ke sini?” “Iya,” jawabku singkat. “Dia ngomong apa aja?” tanya Chris penasaran. “Dia minta maaf dan ngomong kalau dia cinta sama aku,” jelasku. Chris meletakkan kantung belanjaan di atas sofa, kemudian ia membuka kemasan snack keripik kentang, “kamu mau?” “Enggak dulu deh, aku udah kenyang,” jawabku. “Aku kangen berduaan naik motor dengan kamu,” kataku. Chris menopang dagunya dengan tangan, “nanti pas kamu udah sehat kita jalan – jalan naik motor lagi ya.” “Aku mau kita keliling kota New York terus nanti kita jajan street food sambil ngobrol hal random, nonton film bareng juga.” Aku menunduk lesu. Aku mengingat momen indahku bersama Chris.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN