Keadaan Michael

1063 Kata
Aku langsung bergegas untuk menelfon Michael, tapi tidak ada jawaban. Lalu aku yang khawatir langsung pergi ke Apartmentnya menggunakan mobil kantor. Banyak karyawan kantor yang cemas dengan keadaan Michael, karena Michael tidak pernah telat datang kekantor.   Perjalanan ke Apartment Michael cukup lancar. Tidak ada Macet ataupun hambatan lalu lintas. Sesampainya di Apartment aku langsung berjalan cepat ke lift dan menekan tombol secepat mungkin.   Setibanya didepan Apartment Michael aku tidak melihat tanda – tanda security yang menjaga pintu Apartmentnya. Kemudian aku mencoba untuk memencet bel, namun hasilnya nihil. Aku mencoba untuk membuka pintu tersebut.   ‘Gak dikunci.’ Batinku.   Lalu aku masuk kedalam apartmentnya untuk memeriksa keberadaan Michael. Dari dapur hingga kekamar ketiga tidak ada hasilnya, sampai aku membuka pintu kamar mandi dan melihat Michael yang tengah terbaring dengan shower masih menyala.   “Michael!” Teriakku.   Aku segera menghubungi 9-1-1 dan menunggu beberapa menit hingga bantuan datang. Setelah bantuan datang, kami ke rumah sakit menggunakan ambulance. Paramedis sedang sibuk memberi bantuan. Michael pun tidak kunjung sadar dan itu membuatku sangat khawatir.   Sesampainya di rumah sakit aku duduk untuk menunggu kabar dari Michael. berjam – jam berlalu, akhirnya penantianku terjawab. Seorang dokter keluar dari ruangan periksa.   “Jadi gimana dok?” Tanyaku khawatir. “Michael tadi terkena serangan jantung, tapi sekarang ia baik – baik saja. Ia hanya perlu dirawat beberapa hari.” “Terima kasih dok.”   Aku langsung masuk untuk melihat Michael. Ia melihatku yang memasuki ruangan dan tersenyum kepadaku. Lalu aku memegang tangannya.   “Kamu udah baik – baik aja ?” Tanyaku. “Udah kok. Makasih ya.” Michael tersenyum lemah.            “Kamu kok bisa ke apartment aku?” Tanya Michael.            “Soalnya tadi kata orang – orang kantor kamu gak pernah telat, jadi mereka khawatir.” Jawabku.            “Ohh gitu ya.”            “Yaudah kamu istirahat ya.” Kataku.            “Kamu bisa disini aja gak? Temenin aku disini.” Pinta Michael.            “Oke. Aku disini kok.” Aku duduk dikursi yang terletak disamping tempat tidur Michael.              Aku hanya duduk menghabiskan waktu untuk menemani Michael yang terbaring lemah. Michael terlihat sangat lemas. Aku sangat khawatir dengan kondisinya sekarang. Aku merebahkan kepalaku dipinggir tempat tidur Michael hingga aku tertidur sampai malam.              Malam jam 23.00              Aku terbangun dalam tidurku. Aku menatap Michael, ia masih terlelap. Aku memutuskan untuk pulang kerumah tapi entah kenapa, aku sangat takut untuk melangkahkan kaki untuk menyusuri lorong rumah sakit ini.              Aku membuka hpku dan sesuai tebakanku, 10 missed call dari Chris. Aku langsung menelfon balik Chris.                        “Halo Chris.”            “Michelle, kamu dari mana aja sih? Aku nyariin.” Kata Chris dengan nada sedikit tinggi.            “Iya, maaf. Aku seharian di rumah sakit. Michael masuk kerumah sakit.” Jawabku.            “Oh gitu. Yaudah kamu dimana sekarang?” Tanya Chris.            “Aku di rumah sakit. Aku mau pulang nih.”            “Tunggu disana. Aku jemput kamu.” Chris mematikan telfon.              Aku kembali duduk dan menunggu Chris untuk menjemputku. Tiba – tiba Michael terbangun dari tidurnya dan langsung memegang tanganku.              “Michelle.”            “Iya.”            “Kamu mau pulang?” Tanya Michael.            “Iya, aku mau pulang.” Jawabku.            “Sendirian?”            “Enggak kok. Aku dijemput Chris.”            “Ohh gitu.” Waah Michael tampak kecewa.            “Kamu tenang aja. Asisten kamu bakal dateng 10 menit lagi. Dia langsung pulang dari luar kota itu.” Jelasku.            “Oh iya. Thanks ya.”                        Beberapa saat kemudian Chris menelfon bahwa dia sudah berada di lobby rumah sakit.              “Aku pulang dulu ya.”            “Oke, hati – hati dijalan.” Michael melambaikan tangannya.              Aku berjalan ke lobby dan melihat Chris yang duduk seraya menggoyangkan kaki kirinya.            “Chris.” Panggilku.            “Michelle.” Chris langsung memelukku erat seakan – akan kita tidak bertemu selama berbulan – bulan.            “Aku khawatir banget sama kamu. Kenapa gak angkat telfon dari aku?” Tanya Chris.            “Aku ketiduran tadi. Maaf ya.” Aku memasang wajah sedih.            “Iya gak apa – apa.”            “Gimana kalau kita makan malam dulu.” Ajak Chris.            “Kamu tau aja kalau aku belum makan.”            “Iya dong jelas lah. Kita kan satu hati. Aku juga laper banget nih pengen makan.” Kata Chris seraya mengelus ratanya.              Aku dan Chris berjalan sembari bergandengan tangan. Lalu, kami berhenti disebuah restoran siap saji. Aku dan Chris memesan cheese burger, kentang goreng dan es lemon. Kami duduk di meja bagian luar untuk menikmati udara malam.                        “Aku rindu melihat suasana malam seperti ini.” Kataku.            “Apa yang spesial dari suasana malam?” Tanya Chris penasaran.            “Iya, dulu aku sering hangout malam – malam dengan teman – temanku.” Jawabku.            “Kemana mereka sekarang?”            “Mereka lagi di luar negeri. Aku gak tau kapan mereka pulang.” Aku mengigit cheese burger yang sedari tadi berada digenggamanku.            “Aku juga sangat suka suasana malam. Aku rindu berjalan – jalan hingga larut malam menggunakan motor. Akhir – akhir ini aku jarang pakai motor lagi.” Chris menunduk kebawah menandakan ia sedang sedih.            “Hei. Gimana kalau besok malam kita keliling kota pakai motor kamu.” Aku memegang dagu Chris.            “Oiya ya, ide bagus itu. Boleh deh.”            “Besok aku jemput ditempat kerja ya.” Tambah Chris.            “Oke.” Kataku dengan semangat.              Setelah kami menyantap makan malam. Aku diantar kerumah dengan Chris. Ketika aku bersama Chris, aku merasakan kenyamanan dan rasa aman. Aku merasa dia adalah orang yang paling mengerti aku dan tau apa yang aku butuhkan. Aku juga sangat suka pelukannya. Apalagi ketika kami sedang menggunakan motor, aku rindu akan momen itu.              Ketika aku masuk kerumah, ibu sudah duduk di sofa ruang tv bersama seorang laki – laki yang kutebak seumuran dengan ibuku.              “Mom.”            “Michelle. Kenalin ini om Darwin. Teman dekat mom.” Kata ibu.            “Hai om.” Sapaku.            “Hai Michelle.”            “Om Darwin ini adalah om dari Chris.” Tambah ibuku.            “Oh, salam kenal om.”            “Salam kenal juga Michelle.”  Om Darwin tersenyum.            “Oke deh. Michelle keatas dulu ya.”            “Iya.” Jawab ibu.              Aku bergegas naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarku. Lalu aku membersihkan badanku. Setelah itu aku merebahkan badanku ke tempat tidurku.              Sebelum tidur, aku mempunyai kebiasaan yaitu mengecheck sosial media. Tanpa disengaja aku melihat Kiara yang tengah viral disalah satu akun gosip. Akun gosip itu mengatakan bahwa Kiara mempunyai video panas bersama Michael dan Chris.              “APA!” Teriakku.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN