Satu – satunya

1834 Kata
Pada saat aku memeluk Chris dan mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya, aku sadar bahwa ia adalah laki – laki yang berbeda. Dia tidak emosian dan selalu pengertian. Meskipun Andrew sangat baik, tetapi Chris mempunyai sesuatu yang berbeda pada dirinya dan aku masih belum mengetahui apa itu. Aku dipersilahkan masuk ke dalam rumah Chris dan kami berdua duduk disofa dalam keadaan canggung. Aku masih belum berani untuk memulai pembicaraan dengan Chris. aku merasa bersalah padanya. “Kamu mau minum apa ?” Tanya Chris membuka percakapan. “Air putih aja.” Jawabku singkat. “Oke.” Chris pergi kedapur untuk mengambilkan minuman untukku. “Ini.” Chris memberikan segelas air putih untukku. “Makasih.” Aku dan Chris saling bertatapan tapi masih tidak mengucapkan sepatah katapun. Aku lebih memilih diam dan membiarkan Chris yang mulai pembicaraan duluan. Aku masih malu akibat perbuatanku padanya kemarin. Walaupun aku tidak sepenuhnya salah, tapi tetap saja aku merasa tidak enak padanya. “Aku nonton acara tv yang kamu maksud.” Kata Chris memecahkan keheningan. “Oh. Hehe.” “Kamu kelihatan cantik kok di acara itu.” Puji Chris. “Maaf, aku ngecewain kamu.” “Sudah stop minta maafnya. Gak apa – apa kok.” Chris memegang tanganku. “Selagi kita belum ada hubungan apa – apa, it’s okay.” Tambahnya. “Gitu ya.”Aku mengangguk. “Lebih baik kita santai – santai.” “Santai – santai ?” Tanyaku bingung. “Iya, nonton film ke bioskop mau gak?” “Ayo, kapan?” “Besok.”Jawab Chris. “Yey. Oke.” Aku memeluk Chris. Karena hari sudah malam, Chris menyuruhku untuk menginap dirumahnya malam ini. Aku tidur di tempat tidur miliknya. Kami belum melakukan apapun, hanya berpelukan dan mengobrol tentang pekerjaan dan acara tv kemarin. “Kamu lucu banget sih kemarin, pakai muncul di acara tv alay lagi. Hahaha.” Ejek Chris. “Hahaha. Stop gak ?” Aku mencubit lengannya pelan. “Pakai ada adegan kiss lagi dibagian akhirnya.” “Ih, tapi lumayan duitnya loh.” Kataku. “Serius dapet duit? Tanya Chris penasaran. “Iya serius. Udah dapet duit, terkenal lagi.” Jawabku. “Boleh juga tu kapan – kapan aku ikut.” “Ih, ngapain pake ikut – ikutan segala ?” Tanyaku sambil memberinya tatapan marah. “Lah, emang kenapa ? kamu aja iseng kemarin.” Kata Chris. “Iya sih. Tapi kalau kamu yang ikut, aku jadi cemburu.” Kataku sambil cemberut. “Cemburu ? berarti kamu mulai ada rasa kan sama aku ?” Chris langsung mendekatkan wajahnya kepadaku dan tersenyum. Apa yang dikatakan oleh Chris itu benar. Aku akui kalau aku sudah punya rasa lagi kepada Chris. Aku mulai jatuh hati untuk yang kedua kalinya pada Chris. Aku tidak tau harus bagaimana menjawab pertanyaannya. Apakah aku harus jujur ? “Iya. Mungkin.” Jawabku dengan gengsi. “Hahah. Kamu lucu banget ya.” Chris memelukku erat dan menggelitik perutku. “Stop, hahaha. Iseng banget ngegelitikin orang. Ni aku bales.” Aku menggelitik Chris sampai ia tertawa. “Hahaha. Oke oke, Stop.” Chris mengangkat tangannya sebagai tanda Aku dan Chris saling bertatapan. Ia tersenyum padaku, aku memegang rambutnya. Membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang. Lalu ia merebahkan kepalanya di d**a kiriku. Ia mendengarkan detak jantungku. “Detak jantung kamu adalah nada terindah yang pernah aku dengar.” Kata Chris. Kemudian aku mencium bibirnya. Aku merasakan kehangatan di hatiku. Aku akui aku takut kehilangan pria ini tapi di sisi lain aku harus melawan rasa takut di dalam diriku dan segala trauma masa lalu yang belum selesai hingga kini. “Aku akan mulai hubungan kita dari awal lagi, aku mulai lagi pendekatan sama kamu. Aku gak peduli siapa yang ngedeketin kamu sekarang, yang penting aku fokus sama diri aku dan kamu. Kalau aku akhirnya gak akan menang juga gak apa – apa, yang penting aku udah berusaha semampu aku.” Jelas Chris sambil melihat ke atap kamar. “Itu pun kalau kamu ngizinin aku.” Lanjut Chris. Aku memegang wajahnya agar ia bisa melihatku. “Iya, aku izinin kamu masuk kekehidupanku lagi.” Kataku. “Serius?” Tanya Chris. “Iya serius.” Jawabku. “Yes.” Chris sangat senang hingga ia beranjak dari kasur dan menggendongku. Malam ini aku sangat bahagia, bisa menghabiskan waktu dan memiliki kesempatan kedua kalinya untuk memperbaiki hubunganku dan Chris. Mungkin tuhan ingin melihat aku dan Chris bahagia. “Ih, kamu berat banget.” Chris menurunkan aku dan mendudukkanku ke kasur. “Fitnah.” “Jadi laper deh aku. Makan yuk.” Ajak Chris. “Makan apa coba?” Tanyaku. “Makan apa aja yang ada di kulkas. Ayo temenin aku masak.” Chris menarik tanganku ke dapur. Aku membantu Chris memilih – milih bahan makanan di kulkas. “Kita mau masak apa?” “Disini ada nugget, sosis, bakso, ikan salmon, daging steak.” Kataku. “Steak enak kali ya? steak aja deh.” “Oke.” Aku mengambil dua potong daging steak dan memberikannya kepada Chris. “Sekarang kamu duduk dan nonton aku masak.” Perintah Chris. “Siap.” Kataku sambil duduk di bangku bar di dapur. Aku melihatnya yang membaluti daging sapi dengan bumbu, ia terlihat sangat seksi. Rasanya aku ingin memeluknya sekarang dan memberhentikan kegiatannya yang sedang memasak itu. Aku ingin mengganggunya dan menjailinya tapi itu tidak mungkin, karena aku sangat ingin merasakan masakannya sekarang. Aku sangat rindu dengan rasa makanan yang ia masak. Aku rindu setiap rasa asin, manis, gurih yang bercampur di makanannya. “Kamu bisa masak sejak kapan ?” Tanyaku. “Sejak aku masih kuliah.” Jawab Chris. “Wah. Emangnya kamu sempet buat belajar masak ?” “Sempet dong. Masak itu adalah salah satu hobi aku.” “Kasih tau aku resep masakan andalan kamu dong.” Pintaku. “Gak mau.” Tolak Chris. “Loh kenapa ? pelit banget.” “Nanti pas udah jadi pacar baru aku kasih tau resep andalan aku.” “Hahaha. Oke kalau kayak gitu.” Beberapa menit kemudian masakan Chris pun telah siap. Ia menghidangkan masakannya di meja makan. Steak buatannya terlihat sangat mewah dan lezat. Aroma dagingnya membuat aku tidak sabar untuk menyantap dan merasakan steak itu di dalam mulutku. “Wow.” Ucapku kagum. “Ayo dimakan.” “Oke.” Aku memotong dan menyantap steak itu. Aku langsung memejamkan mata untuk lebih fokus merasakan kenikmatan daging steak buatan Chris. Ini sangat enak. Seharusnya Chris membuka restoran saja, aku jamin masakannya pasti disukai banyak orang. “Chris, ini enak banget loh.” Pujiku. “Makasih.” “Kamu kenapa gak buka restoran aja. Pasti ramai banget.” Kataku sambil menyantap steak. “Oh, iya juga ya. Nanti aku pikir – pikir lagi deh.” “Ngomong – ngomong, Kiara apa kabarnya sekarang ?” Tanyaku penasaran. “Aku gak tau. Semenjak video dia yang viral itu dia hilang entah kemana. Aku gak peduli juga sih.” Jawab Chris. “Kenapa kok kamu tiba – tiba nanyain soal dia ?” Tanya Chris. “Ya gak apa – apa. Tiba – tiba keinget aja.” Jawabku. “Lupain Kiara, fokus sama kita aja. Aku dan kamu itu lebih baik tanpa ada gangguan dari dia.” “Iya kamu bener. Semoga dia gak balik lagi dan ngerusak hidup kita lagi.” “Amin.” Setelah makanan kami selesai. Kami pergi ke kamar untuk beristirahat. Karena kami berdua besok bekerja, kami idak bisa tidur larut malam. Aku juga harus mempersiapkan mental untuk bertemu Michael besok. Michael kecewa denganku pasti ia akan mencari kesalahanku dikantor. Paginya “Makasih ya udah anterin aku ke kantor.” Kataku kepada Chris. “Iya sama – sama. Nanti kalau mau dijemput bilang aja ya.” Chris mengusap kepalaku. “Oke. Bye.” Aku melambaikan tangan kepada Chris. “Bye.” Chris pergi menggunakan motornya. Lalu aku masuk ke kantor. Aku menarik nafas sejenak untuk mempersiapkan mental melihat wajah Michael hari ini. Aku berjalan memasuki ruangan Michael. Michael sedang duduk di kursinya sambil membaca buku. Ia tidak memperdulikan aku. “Permisi Pak Michael.” “Oh kamu. Oh iya mumpung kamu disini, saya mau membicarakan sesuatu dengan kamu.” Kata Michael. Kemudian aku duduk. “Mau membicarakan apa ya pak?” Tanyaku. “Kamu saya pecat.” Aku terkejut dengan kalimat yang Michael lontarkan kepadaku. “Dipecat? Tapi salah saya apa ya ? saya gak ada membuat kesalahan dikantor ini.” “Sudah jangan banyak tanya. Beresin barang kamu dari sini sekarang.” Perintah Michael. Aku keluar dari ruangan Michael tanpa sepatah katapun. Aku muak dengan Michael. Pasti ia memecatku karena permasalahan dengan Andrew kemarin. Aku membereskan barang – barang yang ada di mejaku dan pulang menggunakan taksi. Selama diperjalanan aku tidak menangis atau kecewa, melainkan aku sangat marah kepada Michael yang sangat tidak professional. Seharusnya masalah pribadi jangan dibawa – bawa ke kantor sampai memecatku secara tidak hormat seperti itu. Aku tidak habis pikir dengan Michael. Ia sangat egois dan memperlakukan aku seenaknya. Seharusnya ia sadar bahwa aku dan dia tidak mempunyai hubungan apa – apa, jadi dia tidak berhak untuk marah kepadaku. Sesampainya di rumah aku langsung pergi menuju kamarku. Aku lemparkan kardus yang berisi barang – barangku ke lantai dan merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Aku memejamkan mataku dan berusaha untuk menjernihkan pikiranku dari pikiran negative. Aku tenangkan diriku agar tidak terbawa emosi. Aku menendang ujung kasurku hingga aku merasakan kesakitan di kakiku. Lalu aku ketiduran hingga bunyi hpku membangunkanku dari tidur. “Halo.” Aku mengangkat telfon tanpa melihat nama penelfon tersebut. “Michelle, kamu dimana ?” Aku langsung beranjak dari tempat tidur mendengar suara Chris. “Aku dirumah. Kamu dimana ?” “Aku masih di kantor, kan sekarang masih jam 3 sore. Kok kamu udah pulang ?” Tanya Chris. “Iya, aku dipecat.” Jawabku singkat. “Ha ? apa ? kenapa kamu dipecat ?” Chris terdengar sangat terkejut mendengar kabar buruk dariku. “Aku gak tau. Michael memecat aku tanpa alasan apapun. Mungkin karena masalah dengan Andrew.” Jelasku. “Astaga. Ternyata dia adalah orang yang gak professional.” Kata Chris. “Ya sudah, kamu gak usah terlalu mikirin dia. Soal pekerjaan kamu nanti kita pikirin sama – sama.” Lanjutnya. “Oke. Makasih ya.” “Iya, sama – sama. Nanti abis pulang kerja, gimana kalau kita nonton ?” Ajak Chris. “Aku lagi gak mood untuk jalan – jalan.” Jawabku lesu. “Oke, kalau gitu aku ke rumah kamu aja. Mau gak ?” “Boleh. Kita stay di rumah aku aja ya malam ini.” Kataku. “Iya. Yaudah kamu mandi gih, aku tau kamu belum mandi kan sore ini.” “Hahaha. Kok tau sih ? yaudah aku mandi dulu ya. Dadah.” “Dadah.” Chris menutup telfon. Setelah membersihkan badan, aku memasak makanan untuk makan siangku yang bisa dibilang sangat telat. Aku hanya memasak yang simple yaitu omlet. Aku makan sambil menonton tv yang aku sendiri tidak tau apapun mengenai acara yang aku tonton. Pikiranku sedang kacau sekarang. Aku tidak peduli dengan apapun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN