Part 1

728 Kata
Bulan sudah mulai turun dari permukaan langit yang perlahan-lahan digantikan posisinya oleh terangnya sinar matahari. Bunyi serangga bersaut-sautan khas malam mulai tertutup dengan kicauan burung yang menyambut segarnya pagi hari. Lambat laun, tapi pasti, angin-angin sejuk khas malam sudah terganti dengan segarnya hawa pagi. Byurr.. "Cepat bangun, kau di sini tidak untuk malas-malasan." seorang pria bertampang sangar menjatuhkan tumpahan air di atas gadis pingsan kemarin. Seketika pakaian yang ia kenakan basah. Sungguh tidak punya hati! Batinnya berteriak. "Ini, bawa dan pel seluruh ruangan yang ada di sini." pria itu menyodorkan alat kebersihan tepat di depan wajah gadis itu, ia mengerutkan dahi dan mengambilnya kasar. Gadis itu melakukannya dengan setengah hati. Ahh... aku lelah. Mereka tidak memberi sedikit pun air di sini, aku harap mereka akan mendapatkan balasan yang sama! Prang! "Hei! Cepat lanjutkan pekerjaan kalian atau aku tidak akan memberi kalian makan satu hari penuh!" seorang pria berteriak mengancam, ia mengangkat jari telunjuknya. "Aku tidak main-main cepat lanjutkan." Betapa malang hidup wanita-wanita yang ada di sana, hidup layaknya hewan peliharaan, segala sesuatunya harus bekerja ini dan itu namun tidak di berikan asupan makanan dan setetes air untuk diserap oleh tubuh mereka, para setiap orang di sana berharap tidak akan membusuk di tempat biadap yang merka tempati saat itu dan bisa keluar dengan tidak dileceti sedikit pun oleh tangan kotor pria-pria berengsek yang hanya berani pada kaum yang lemah. ●○●○●○●○ "Ini makan siang untuk kalian, satu orang satu roti, nikmatilah seperti makan di restoran." seseorang yang mengenakan jaket kulit muncul dari balik daun pintu dengan membawa suasana tidak menyenangkan dan tertawa renyah padahal tidak seorang pun yang ikut tertawa bersamanya.  Gadis itu melihat wanita muda seperti berumur 18 tahun yang membuncit perutnya hanya diberikan sepotong roti, dan dengan lahapnya merengut serta mengunyah seperti singa yang sedang menerkam mangsanya hidup-hidup. "A-anu, dia wanita yang sedang hamil berilah dia dua potong roti agar bayinya bisa bertahan hidup." gadis polos itu berbicara dengan penuh kekuatan yang sejak tadi ia kumpulkan, otaknya berpikir bahwa perkataan yang ia ucapkan akan mendapat perilaku khusus dan wanita di sini sedikit nyaman walaupun itu tidak mungkin bagi mereka yang merasakan perih amat sangat dalam kehidupnya setelah terjun ke sana. "Kau pikir ini persalinan yang melayani orang hamil? Bagi kami semua wanita di sini adalah sama hahahaha..." pria kekar itu tertawa dengan lepas dan meninggalkan mereka seperti orang yang tidak berdosa sedikit pun. Ia menggedebumkan pintu kuat-kuat menyambut kepergiannya. Gadis itu mengerutkan kening kemudian menatap wanita hamil itu. "Ini ambillah, agar anak yang kau kandung tidak kelaparan seperti yang kita rasakan." ucap gadis polos itu sambil memberikan sepotong roti di hadapan wanita hamil yang ada di samping kirinya.  Wanita itu menoleh, "Bagaimana dengan mu? Apa kau tidak lapar?" rasa prihatin keluar dari bibir, seperti ia baru mendapatkan seseorang yang baru peduli akan kehadirannya. Ia menahan tetesan air bening di sudut mata. Gadis itu tersenyum manis. "Tidak, makanlah anak itu tidak berdosa atas kejadian ini," ia menatap sekilas wajah wanita itu kemudian beralih menatap pintu. "Apa aku boleh bertanya? Kita ini seperti seumuran, tapi.." gadis itu memberhentikan kalimatnya, rasa penyesalan muncul di benaknya. Wanita itu menatap sekilas. "Itu.. aku .. suatu malam yang gelap dan dingin aku pergi keluar untuk membeli perbekalan makanan yang hampir habis di rumahku, dan tiba-tiba saja pandanganku gelap, aku tidak bisa melihat apa pun dan aku merasakan ada yang menarikku dengan kasar ke dalam semak-semak dan dari situ pun aku tidak tahu apa yang terjadi," wanita itu mulai terisak, rasa sakit yang amat sangat terlihat dari wajahnya. "A-aku tidak memaksamu menceritakannya. Maa-" "Tidak apa." lawan bicaranya itu mengeluarkan senyuman paksa, "Kemudian, aku menemukan diriku di dalam gedung untuk dijual hanya memakai pakaian minim yang tidak pantas dan kemudian aku dijual ke sini. Aku pikir mereka menodaiku." wanita itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, suara isakan tangis terdengar lebih kencang dari sebelumnya.  Gadis itu menepuk bahu lawan bicaranya mencoba memberhentikan tangisan itu yang tidak kunjung mereda. "Apa kau mengetahui jalur-jalur di sini?" gadis itu melihat sekeliling, berharap mendapat sepintas harapan. "Sesuatu yang dapat membantu kita untuk keluar?" Wanita itu bangkit dari posisinya, "Um.. aku tidak yakin, tapi empat pintu ke kanan dari sini terdapat pintu dari besi.  Coba saja ke sana, mungkin kau akan dapat petunjuk jalan keluar." ia menggigit jari telunjuknya pertanda ragu. Jika bisa gadis itu berteriak, ia akan berteriak sekencang mungkin bahwa dirinya sangat merasa takut! Tidak terasa berjalannya setiap detik sangat cepat, hingga kegelapan sudah mengepung setengah bumi. Perlahan setiap insan sudah mulai terlelap dan terbang ke alam mimpi yang membuat kesenangan semata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN