Di ruang tamu rumah orang tuanya, Eleena menahan tawa saat duduk bersimpuh di depan Zaky, disaksikan langsung oleh mami dan papi. Harusnya momen ini terasa mengharukan seperti saat dia mencium punggung tangan, kedua pipi, dan memeluk kedua orang tuanya tadi, tetapi semua jadi buyar saat melihat suaminya sudah dalam posisi siap menyambut, sementara raut wajahnya terlihat luar biasa serius. Alis Zaky yang tebal bahkan hampir menyatu gara-gara keningnya berkerut. “Mas, mukanya biasa aja, dong. Kita nggak lagi di ruang operasi,” kikik Eleena geli. Melirik ke arah mami dan papi, ternyata mereka juga sama menatap ke arahnya. Ah, Zaky baru sadar kalau sedari tadi dia sudah jadi pusat perhatian. Meskipun begitu, dia biasa saja. Alias bisa menghandel situasi semacam ini. “Biasa bagaimana, Leena?

