“Apa kau tidak apa-apa?” Marvin menatap Pricilia yang tengah duduk sambil memeluk lututnya di sudut ruangan. Tubunnya bergetar hebat. Perempuan ini benar-benar terkejut dan masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia alami. “Ayah, Ibu, di mana orang tuaku?” Pricilia seperti orang linglung. Marvin harus bagaimana menjelaskannya. Saat masuk ke rumah ini dia melihat orang tua Pricilia meninggal dengan tubuh berlumuran darah. “Dia sudah meninggal,” jawab Marvin. Lebih baik bagi Pricilia jika dia mengatahui kenyataannya sekarang daripada nanti, jika menunda untuk memberitahunya maka akan membuatnya semakin terluka. Marvin mengamati wajah Pricilia. Setelah menangis sesenggukan , gadis itu kini menatap lantai dengan tatapan kosong. Trauma jelas terpancar dari matanya yang rapuh. Tidak ad