Rendy terpaku menatap pemandangan didepannya yang penuh dengan kerlap kerlip lampu yang menyala secara acak hampir diseluruh mata memandang, begitupun lampu dari gedung-gedung yang berseberangan dari tempat ia berdiri, sebagian besar masih menyala terang di kota yang tidak pernah tidur itu. Merasa hal itu sangat biasa, ia kemudian menatap kaca jendela apertemen yang memantulkan bayangan tubuh tinggi tegapnya, yang tidak terurus belakangan ini. Daffa datang menepuk pundak Rendy dengan membawa satu botol sampanye yang ia temukan di lemari pendingin milik Rendy. "Kau tak ingin pulang?" "..... Tidak." jawab Rendy singkat, tak mengalihkan sedikitpun matanya pada pantulan kaca. "Kau tidak ingin menemui ayahmu dan membicarakan permasalahan kalian?" tanya Daffa lagi. "Aku tidak ingin m