Gaza menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik badan. Dia melihat orang itu sudah tersenyum, menatapnya genit.
Mungkin parasnya bisa dikatakan cantik, tapi tidak sedikit pun Gaza terpanah dengan kecantikannya. Bukan karena Gaza seorang yang tidak normal, tapi melihat karakternya saja sudah membuat Gaza setengah jijik jika berhadapan langsung dengannya.
Sama halnya dengan wanita yang menjual harga diri, sikap wanita itu sangat murahan sekali. Bahkan ia tidak menjaga pandangannya disaat suaminya sendiri berada di sisinya.
Gaza tidak berniat untuk membuka mulutnya. Tapi gerakan wanita ini benar-benar menguji ekstra kesabarannya.
“Apa kabar?” tanya wanita itu tersenyum manis padanya. Dia maju beberapa langkah mendekati Gaza, dengan kedua tangan masih b
