"Dengar, Anika ... kamu salah paham." Anika sama sekali tidak menggubris Davin dan lebih memilih melenggang ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan Yudha. Raut wajahnya tidak peduli, tapi hatinya berkata lain. Anika terus pada aktivitas tidak peduli apa yang Davin katakan dan tidak peduli bagaimana pria itu mengikutinya, setiap gerakan Anika, Davin ikuti. "Anika, kita perlu bicara ...," pinta Davin. "Silahkan," jawab Anika tanpa beban. Davin yang melihat istrinya tidak cemburu dan seakan tidak terjadi apa pun merasa sakit hati, masih pantaskah dia sakit hati? Harusnya Anika yang merasa begitu. "Tadi kamu salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud begitu, yang kamu lihat tidak seperti apa yang kamu bayangkan." Davin menjeda kalimatnya menunggu respon Anika. Tapi Anika tetap melanjut