Yoga mendesah frustasi memukul dashboard mobil di mana mobilnya itu masih berada di depan rumah Aya. Bagaimana tidak? Setelah berciuman dengan Aya, disangkanya perempuan itu telah menerimanya. Nyatanya tidak, Aya berkata jika tidak mempunyai perasaan apa pun kepadanya. "Lo punya perasaan yang sama juga, 'kan?" tanya Yoga dengan percaya dirinya melihat pipi Aya yang memerah. Sedangkan bagian tangannya yang satu lagi melingkari pinggang Aya--menahan kuat agar perempuan itu tidak pergi darinya. "Enggak, Ga... ini nggak benar," ujar Aya lirih sembari menggelengkan kepala lemah. "Apa?" Mata Yoga membola tidak percaya akan jawaban Aya. "Nggak seharusnya kita seperti ini," lanjut Aya lagi. Yoga hendak meraih tangan Aya, namun perempuan itu mengelak. "Kenapa, Ay? Kita punya perasaan yang s