Test

955 Kata
Ini cuma kisah fiktif belaka, jika ada kesamaan alur, latar, nama, dll hanya kebetulan semata. Semua isi cerita fantasy ini murni cuma imajinasi author. Semua anak maju satu persatu sesuai yang di panggil Bu Sisi. Brenda hanya diam memandang mereka test dengan seksama, dan dari tadi dirinya hanya bisa iri melihat kemampuan mereka. Brenda bingung setengah mati memikirkan nasibnya, orang tuanya kenapa juga sih harus memasukannya ke sekolah ini membuatnya harus berada di tengah-tengah orang berbakat. "Brenda Carolyn!" panggil Bu Sisi mengedarkan pandangan tegas. Brenda menahan napas seketika, tubuhnya mulai tremor panik. Dengan gontai gadis itu mulai melangkah maju ke depan dengan wajah lemas, bahkan rasanya tulang dalam tubuhnya sudah tidak bisa menopang badan nya lagi. "Terbangkan buku ini, saya tahu kamu itu hanya setingkat magician." Ujar gurunya itu meremehkan yang hanya bisa dibalas anggukan pelan Brenda. Melihat buku tersebut Brenda jadi meringis pelan. Bagaimana reaksi Bu Sisi nanti jika tau dirinya tidak bisa menerbangkan benda ... bahkan buku yang kecil sekalipun. Teman-teman nya tadi menerbangkan bangku, meja, papan tulis, dan sebagainya. Sangat bertolak belakang dengan dirinya. "Sekarang!" Brenda menarik napas dalam, kemudian mulai memusatkan tenaga dalamnya ke tangan nya, mengosongkan pikiran dan fokus ke satu titik. Setelah itu dia mengarahkan energi dalamnya dan..... Krik Krik Hening .... tidak terjadi apapun, semua orang menatap Brenda dengan tawa tertahan. "Ck ck! Ibu pikir masih ada harapan ternyata benar-benar menyedihkan, Ibu heran bagaimana caranya kamu masuk ke sekolah ini padahal di luar sana ada banyak yang jauh lebih berbakat daripada kamu." Cemoohnya membuat Brenda ingin menangis saat itu juga jika tidak ingat dimana dia berdiri. Brenda hanya menunduk, "kembali duduk!" perintah Bu Sisi judes, Brenda melangkah gontai menuju bangku nya namun harus terhenti saat... WUSH.... BRAK PRANG PYAR "AAAAAA!" teriak semua anak di kelas heboh. Tanpa diduga semua benda di ruangan itu tiba-tiba melayang tidak terkendali menyebabkan kekacauan yang sangat besar. Bu Sisi sampai kewalahan menghentikan sihir yang entah datang dari mana itu. Tidak lama kemudian banyak guru dari ruang pengendali lain datang, sepertinya keributan ini menyebabkan suara yang sangat menggemparkan. Beberapa guru langsung mulai menghentikan pergerakan benda tersebut, bahkan tidak sedikit yang harus terluka. Setelah beberapa saat keadaan sudah mulai kondusif. "Bagaimana ini bisa terjadi, Bu Sisi?" tanya Pak Juna menatap Bu Sisi minta penjelasan, Pak Juna adalah guru pengendali api. "Apa yang sebenarnya terjadi?" sahut Pak Adit, guru pengendali air. "Siapa yang melakukan ini semua?" tambah Bu Fina panik, guru pengendali tanah. Bu Sisi juga tampak syok dengan kejadian barusan, ditambah para guru pengendali lain yang menghujaninya dengan banyak pertanyaan. "Saya juga tidak mengerti." Akhirnya itulah kalimat yang terucap dari mulut Bu Sisi. Bu Fina maju selangkah, "apakah Anda melakukan test menerbangkan barang hari ini?" tanya Bu Fina menyelidik. Bu Sisi mengangguk membenarkan, "benar dan semuanya tampak lancar sampai—" Bu Sisi tiba-tiba menatap Brenda, membuat seluruh orang di sana ikut menatapnya juga, dan kalau kalian belum tahu semua siswa dari ruang pengendali lain juga sedang berada disana mengikuti guru mereka tadi. "Sampai apa?" sahut Pak Adit heran. Bu Sisi menelan ludah, menatap mereka sejenak, "sampai Brenda mencoba menerbangkan buku." Terangnya membuat seluruh orang syok. Brenda terbelalak kaget, bagaimana bisa dirinya yang dituduh menerbangkan ini semua, bahkan menerbangkan satu buku saja dirinya tidak sanggup. "Maaf tapi ini sungguh bukan saya." Brenda menyela sambil berjalan mendekat, mentang-mentang tingkatannya rendah ia yang dijadikan kambing hitam. "Iya Bu, kita juga tau bukan jika Brenda tidak mungkin menerbangkan ini semua, dia hanya sekelas magician." Potong Pak Juna. Hanya sekelas magician. Cih, Brenda bahkan sudah muak mendengar kalimat itu. Bu Sisi sepertinya mulai percaya, "iya juga ya." Angguknya setuju. "Baiklah lebih baik kita akhiri kelas hari ini!" seru Bu Fina yang disetujui semua guru. Dan tidak ada yang tau jika diantara banyak orang disana ada seseorang yang menatap Brenda penuh arti. "Hmm menarik." Gumamnya dengan senyum penuh arti. ::::::::::::::: Sekarang Brenda dan teman-teman nya sedang berada di kantin karena memang jam istirahat. "Eh tau gak?! Mulai besok Bulan bakal kembali masuk sekolah!" heboh Resa, maklum di ratu gosip. "Serius kamu, gak bohong?!" balas Bia gak kalah heboh. "Tuan Putri Bulan, ya?" tanya Brenda yang diangguki semuanya. "Gila gak sih kalo kita bisa ketemu mereka." Tambah Resa makin meluap-luap. Megi hanya jadi pendengar setia seperti biasa. "Mereka?" heran Brenda. "Iya, kabarnya bukan hanya Putri Bulan saja tapi Kakak nya juga, Pangeran Bintang." Jelas Resa lagi. Brenda tau mereka, ya siapa juga yang bakal gak tau anak dari Raja penguasa dunia sihir ini, sih. "Mereka setingkat apa sih emangnya?" heran Megi yang sejak tadi diam. "Setahuku ya ... Bintang itu setingkat necromancer." Jawab Resa. "Sama dong kayak Ayah." Sahut Brenda menimpali. "Ya beda laaaah!" "Kok bisa?" heran brenda mengernyit bingung. "Meskipun kelas mereka sama, necromancer. Tapi kemampuan Ayah kamu gak mungkin bisa setingkat Pangeran Bintang, karna mereka golongan bangsawan." Terang Bia. Brenda hanya mengangguk paham. "Trus Putri Bulan?" tanyanya jadi kepo. "Lah ini kabar hebohnya, pasti kalian syok tingkat akut deh!!" Resa sangat excited. "Cepetan ngomong, gak usah bertele-tele!" sembur Megi kesal sendiri. "Iya iya, jadi kabarnya Bulan itu bakal jadi...." ujar Resa sengaja di gantung. "Apaan?!" seru Bia, Brenda, dan Megi kompak. Resa menatap intens mereka. "Sage." lanjutnya. "Gila!!" pekik Bia. "Gak mungkin!" syok Megi. "Hah?!" pekik Brenda. "Kaget kan kalian pada." Ujar Resa lagi. "Makanya aku pengen banget ketemu Bulan." Lanjut Resa monolog. "Tapi kok setahuku dalam buku sejarah cuma satu orang yang pernah tercatat mendapat gelar sage?" pertanyaan Megi sangat masuk akal. Resa mengangguk-angguk, "karena belum dilantik secara resmi, bukankah kalian juga tau kalau kekuatan sage bakal muncul di usia 17, nah makanya Putri Bulan belum bisa masuk buku sejarah." Terang Resa sangat detail, gak sia-sia mendapat gelar ratu gosip. Semuanya jadi mengangguk paham, dan perbincangan pun terus berlanjut. *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN