Dikri tidak sanggup membalas tatapan Pak Lurah yang begitu garang. Bahkan dia juga tidak berani memandang Bram dengan tatapan tajamnya. Sekilas hanya memandang Puspa, perempuan berhijab yang memeluk erat lengan suaminya. "Maafkan saya, Pak," ujar Dikri. Kemudian memandang ke arah Puspa. "Puspa, maafkan saya. Saya datang ke sini untuk mohon ampun. Saya tahu, nggak pantas dimaafkan, tapi saya benar-benar menyesal. Saya khilaf waktu itu, dan sekarang saya nggak tahu harus bilang apa lagi. Saya cuma minta Puspa dan Mas Bram, Pak Lurah, Ibu, dan Mbak Indah bisa memaafkan saya. Meski saya tahu mungkin nggak akan pernah dimaafkan." Puspa sama sekali tidak memandang wajah Dikri. Dia benci lelaki itu. "Kamu baru sadar sekarang. Kenapa nggak sejak dulu." Bu Lurah yang sejak tadi diam saja, kini