Sekarang, Alexa dan Ken telah sampai di sebuah salon. Sesuai permintaan Alexa tadi yang meminta Ken untuk mengantarkannya ataupun menemaninya merawat diri di salon tersebut.
Ken turun lebih dulu dibandingkan Alexa, lalu ia membukakan pintu mobil Alexa. Alexa pun turun diikuti dengan Ken. Mereka sama-sama berjalan memasuki salon tersebut.
Alexa melakukan cream bath agar rambutnya menjadi lebih segar. Cream bath mempunyai fungsi diantaranya yaitu melembapkan rambut yang kering, melembutkan dan memberi nutrisi pada rambut, serta mencegah rambut dari kerusakan.
Alexa berulang kali menawarkan Ken untuk cream bath seperti apa yang ia lakukan sembari menunggunya selesai. Namun Ken menolaknya. Ia bilang bahwa dirinya hanya ingin menemani Alexa saja.
“Ken apakah kau ingin cream bath sepertiku juga? Kau terlihat lelah menungguku dengan duduk seperti itu.”
“Tidak perlu, Alexa. Tugasku ke sini karena aku hanya ingin menemanimu saja.” jawab Ken menolak tawaran Alexa.
“Kau yakin, Ken? Aku merasa tak enak karena membiarkanmu seperti itu.”
“Jangan terlalu menjadi tidak enak denganku, Alexa. Aku kan' sudah mengatakannya.”
“Ah, iya, Ken. Aku lupa dengan apa yang kau katakan.”
“Kak? Apakah kau jadi cream bath?” tanya karyawan salon kepada Alexa yang sejak tadi terus-terusan berbicara kepada Ken tanpa henti.
“Astaga, aku sampai lupa. Baiklah aku sudah siap.”
“Oke.”
Karyawan salon itupun mulai mencuci rambut Alexa terlebih dahulu, lalu ia melakukan perawatan rambut selanjutnya dari rangkaian awal hingga akhir sampai selesai.
Setelah selesai, Alexa membayarnya dan memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya bersama dengan Ken.
***
Alexa dan Ken tiba di rumah keluarga Haires. Seperti biasa, Alexa turun dari mobil dengan pintu yang dibukakan oleh Ken.
“Terima kasih, Ken,”
“Ah, kau jangan terus-terusan berterima kasih kepadaku. Itu sudah menjadi tugasku untuk melayanimu, Alexa.”
“Entahlah, aku suka saja berkata terima kasih. Menurutku itu hal yang sopan.”
“Baiklah kalau begitu, aku izin pergi ke belakang rumah ya untuk kembali bekerja menjadi Security.”
“Wah, kau sangat rajin. Padahal baru saja kau mengantarkanmu namun kau tak mau istirahat lebih dulu dan lebih memperioritaskan pekerjaanmu. Kau keren!”
“Tidak seperti itu juga.”
“Oke, lanjutkan pekerjaanmu. Semangat, Ken!”
“Siap!”
Ken pun pergi dari hadapan Alexa untuk melanjutkan kembali pekerjaannya menjadi seorang Security di rumah keluarga Haires. Tanpa Alexa duga, Myra melihat dan mendengar percakapannya.
Alexa menempelkan jarinya untuk membuka kunci touch id pintu rumahnya. Namun dirinya terkejut saat mengetahui bahwa ada Myra yang sudah menunggu di sana.
Ya, pintu tersebut menampilkan sosok Myra dengan kedua tangan yang dilipat.
“Kau habis pulang dari mana?” tanya Myra kepada putrinya.
“Aku habis dari salon, Ma.”
“Sendiri saja?”
“Tidak, Ma. Aku tidak sendiri perginya.”
“Lalu dengan siapa kau pergi?”
“Aku pergi ditemani dengan Ken.”
“Oh, Security baru itu?”
“Iya, Ma.”
“Hm, Mama perhatikan akhir-akhir ini kalian lumayan dekat. Apa kau menyukainya?”
“Maksud, Mama? Aku tak paham dengan apa yang kau katakan saat kau bilang aku menyukainya?” ucap Alexa tak mengerti dengan apa yang Myra bahas.
“Maksudku, apakah aku menyukai Ken?”
“Dalam artian?”
“Tentu saja dalam artian cara kerjanya bukan perasaan.”
“Ah, iya. Aku suka cara kerjanya.” ujar Alexa mengiyakan saja apa yang Myra katakan meski dirinya tidak paham dengan perkataan sang Mama.
Myra mendekati Alexa lalu memegang bahu sang putri, menatapnya dekat-dekat membuat Alexa bingung dengan apa yang dilakukan Myra sekarang kepadanya.
“Ma? Apa ini?” tanya Alexa dengan wajah yang polos.
“Aku tidak masalah jika kau dekat dengan siapa saja. Terlebih lagi dengan para body guard, Security, ataupun asisten di rumah ini. Karena bagiku jika kita tak dekat, tentu saja keadaan di rumah ini akan menjadi canggung di kemudian hari,” ucap Myra menghela napas sebentar lalu kembali melanjutkannya, “namun dari kedekatan itu aku yakin pasti akan menimbulkan sebuah keadaan di dalam hati yang berbeda-beda diantara setiap jiwa, Alexa.”
Hening.
“Termasuk dengan perasaan.”
Alexa masih diam tidak mengeluarkan sedikit kata apapun. Jujur saja, Alexa kurang mengerti apa yang Myra katakan. Karena jika urusan mengolah kata begini dirinya menjadi suka pusing sendiri mendengarnya terlebih memakai bahasa kiasan.
“Entah dari salah satu jiwa ada yang berharap ataupun tidak. Pasti akan ada sesuatu yang mengganjal jika hubungan pertemanan itu sangatlah dekat. Contohnya sudah banyak, seperti friendzone kau bisa mengaitkannya dengan itu.”
“...”
“Hanya saja, Alexa. Kau kan' tahu sendiri bagaimana dirimu. Kau sudah di cap orang-orang di luar sana sebagai putri dari keluarga Haires yang tentunya sangat terhormat. Kau harus menemukan sosok yang memang satu ruang lingkup dengan dirimu ataupun keluarga Haires ini. Aku menyekolahkanmu tinggi-tinggi karena aku ingin kau menjadi orang yang dapat membanggakan dan berhasil di kemudian hari. Termasuk juga sosok seseorang yang akan menetap di rumah ini suatu saat nanti. Aku menginginkan hal yang sama dengan itu.”
“...”
“Atau kalau boleh menawarnya pun, aku menginginkan yang lebih dari apa yang kita miliki, Nak. Kau mengerti kan' apa yang aku bicarakan?”
Hening.
“Alexa?”
Masih hening.
“Alexa? Apakah kau mendengarkan aku?”
“...”
“Alexa Alamanda Haires?”
Karena Alexa yang tak kunjung merespon, Myra mengguncangkan tubuh Alexa membuatnya sadar dari lamunannya.
“Ah, iya? Ada apa, Ma?” beo Alexa yang membuat Myra berkacak pinggang karena tidak mendengarkannya berbicara sedari tadi.
“Kau ini malah melamun di saat aku berbicara hal yang penting,” kata Myra, “tapi kau mengerti kan' apa yang aku katakan tadi, Nak?”
“I-Iya, Ma. Alexa mengerti.” jawab Alexa berpura-pura mengetahuinya saja. Padahal aslinya Alexa tidak mengetahuinya.
“Baguslah kalau begitu. Mama ingin pergi dulu berkumpul dengan teman sosialita, Mama. Kau jaga diri baik-baik ya di rumah.” pesan Myra kepada putri satu-satunya itu.
“Baik, Ma. Aku akan melakukan dan mendengarkan apa yang kau katakan padaku.” balas Alexa kepada Myra.
“Oh, ya satu lagi,” Myra menghela napasnya lalu melanjutkan apa yang ingin ia katakan, “kau jangan telat makan karena nanti kau akan sakit. Mungkin aku akan pulang nanti malam atau besok? Entahlah, aku pun tidak dapat memastikan waktunya.”
“Siap, Ma.”
“Oke kalau begitu aku pergi dulu.”
“Take a care, Mom.”
“Yes, Babe.”
Alexa melihat kepergian sang Mama. Mobil Alphard milik Myra pun pergi meninggalkan rumah Haires.
Sementara itu, Alexa masih mencerna apa yang dikatakan Myra tadi. Sungguh, Alexa belum memahami apa yang dikatakan sang mama.
Apa yang ia katakan? Mengapa aku tidak dapat menyerap maupun memaknai perkataannya? Batin Alexa dalam hati.
***