Jam mata kuliah Alexa dan Amara akhirnya selesai. Mereka terlihat sangat lelah karena habis persentasi di depan dosen serta teman-teman kuliah mereka yang lainnya.
“Kau lapar tidak?” tanya Amara kepada Alexa.
“Tidak terlalu,” jawab Alexa, “memangnya kau lapar ya?”
“Ya, betul. Aku lapar.”
“Ayo bersamaku pergi ke gazebo. Aku cuma lagi kepengin makan siomay.”
“Wah, syukurlah kalau begitu ayo makan di gazebo. Habis dari makan baru kita sama-sama pulang.”
“Ayo!”
Amara dan Alexa pun pergi menuju gazebo kampus untuk mengisi perut mereka yang kelaparan karena kelelahan presentasi tersebut. Alexa melihat Amara yang terlihat sangat lahap makan, bahkan Amara sampai nambah nasi dua piring sangking laparnya. Alexa yang hanya memesan jus jeruk dan siomay hanya bisa menggelengkan kepalanya saat Amara makan dengan lahap akibat efek presentasi yang membuatnya sedikit depresi.
“Pelan-pelan, Amara. Nanti kau tersedak.” kata Alexa pada Amara.
“Ah, santai saja. Tidak kok. Aku sudah biasa.”
“Kau ini benar-benar aneh ya.”
“Begitulah jika aku lapar.”
“Baiklah.”
Sesudah makan di kantin, Alexa dan Amara pergi ke halte bus. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama, pesanan taxi online yang Amara pesan sudah sampai. Amara pun berpamitan kepada Alexa.
Setelah kepergian Amara, hanya Alexa yang tersisa di sana. Tak lama berselang Alexa mendengar suara seseorang dari belakang.
“Hai, Alexa. Senang bertemu denganmu kembali setelah melewati hari-hari yang sepi.”
Refleks, Alexa memutar kepalanya ke belakang dan melihat Anthony yang sudah duduk di kursi tunggu halte.
Alexa tidak membalas sapaan Anthony, ia merasa malas dengan senior tidak jelas itu. Gara-gara Anthony suka menggoda Alexa, Alexa sendiri yang kena ulah dari pacar Anthony yang cemburu saat Anthony mendekati Alexa. Padahal Alexa sama sekali tidak menyukai Anthony. Malah Alexa terlihat membencinya karena perlakuannya yang kurang sopan dan membuat dirinya menjadi risih jika berada di dekat Anthony.
Karena melihat Alexa yang hanya diam tidak marah-marah atau merespon apa yang dilakukan Anthony seperti biasanya, akhirnya Anthony memutuskan untuk lebih mengganggu atau istilahnya adalah menggoda Alexa kembali.
Tanpa sepengetahuan Alexa yang sedang menatap jalan di depannya menunggu mobilnya tiba, Anthony tiba-tiba berjalan mendekati Alexa dan merangkulnya seperti tak ada dosa yang diembannya.
Tak hanya itu, Anthony pun mengelus rambut Alexa membuat Alexa sangat risih berada di dekatnya seperti itu.
“Kau ini mau apa sih?! Jangan dekat-dekat!” Alexa mengguncangkan tubuhnya dan mendorong Anthony agar menjauh dari dirinya. Alexa benar-benar tak habis pikir dengan cara kerja otak Anthony.
Bisa-bisanya ia mendekati dirinya setelah insiden pacar Anthony yang melabrak Alexa karena takut kalah saing serta cemburu dengan Anthony yang kerap kali menggoda dirinya. Benar-benar aneh memang. Bukankah seharusnya Anthony malu dan menyadari kesalahan yang telah ia perbuat? Seharusnya Anthony meminta maaf atau menjauhi Alexa karena nama baiknya sudah terancam banyak pihak kampus serta pacarnya juga bukan? Hal itu sangatlah memalukan melihat kejadian kemarin namun Anthony masih saja menggoda Alexa dan mengganggu dirinya yang membuat Alexa menjadi risih karenanya.
“Kau tidak tahu malu?” sinis Alexa kepada Anthony. Ia memasang wajah tak saku.
“Tidak tahu malu kenapa, Alexa?” kata Anthony seolah tidak tahu menahu dengan masalah apa yang terjadi.
“Apa kau tidak sadar jika perlakuanmu itu sangat tidak masuk akal?”
“Kau bicara apa, Alexa? Aku tak mengerti denganmu. Mengapa kau tiba-tiba seperti ini.”
“Kau ini punya otak tidak sih? Gara-gara kau aku jadi kena imbas dari pacarmu itu. Dan sekarang tanpa tahu malu kau malah mendekati aku lagi. Kau ini gila atau bagaimana?” kesal Alexa kepada Anthony yang terus-terusan mendekatinya.
“Tentu saja aku tidak gila, Alexa. Aku benar-benar menyukaimu tapi kau tak pernah sadar akan hal itu. Meskipun aku sudah memiliki pacar entah kenapa yang ada di pikiranku selalu dirimu Alexa, bukan pacarku.”
“Kau benar-benar lelaki aneh! Sepertinya kau harus memeriksakan kesehatan otakmu itu!” Alexa memutar bola matanya malas.
“Kalau kau mau aku putuskan pacarku, aku bisa melakukannya demi mendapat kesempatan menjadi pacarmu, Alexa. Itu adalah hal yang sangat mudah menurutku. Apa kau tertarik dengan apa yang aku bicarakan?” ucap Anthony semakin menggila.
“Tidak akan, aku tidak akan mau denganmu!” ketus Alexa, “menjadi temanmu saja aku tidak mau apalagi menjadi pacarmu? Memuakkan.”
“Oh, ya? Jika nanti pada akhirnya aku bisa mendapatkanmu bagaimana?”
“Kau tidak akan bisa mendapatkanku. Aku bukan barang yang bisa diminta seenaknya. Aku berharga!” tukas Alexa lalu kakinya bergerak untuk pergi dari halte.
Ia malas berlama-lama di sana karena ada Anthony yang terus-terusan menggodanya. Lama-lama Alexa bisa gila karena menghadapi senior aneh itu.
Bukan Anthony jika tidak mengganggu dan menggoda Alexa terus menerus. Melihat Alexa yang hendak pergi dari sana. Anthony ikut-ikutan melangkahkan kakinya mengikuti Alexa dari belakang.
Alexa yang sadar dengan Anthony yang mengikutinya dari belakang segera memberhentikan langkahnya dan kembali memarahi Anthony.
“Apa maksudmu mengikutiku?” kata Alexa dingin.
“Karena aku menyukaimu.”
“Pergilah,”
“Tidak mau. Aku ingin selalu berada di dekatmu.”
“Kau bisa berhenti tidak sih? Aku lelah denganmu yang terus-terusan menggodaku tanpa henti.”
“Aku juga lelah menunggumu yang tak pernah peka. Padahal jelas-jelas aku menyukaimu, Alexa.”
Tanpa menghiraukan perkataan Anthony, Alexa mengancam Anthony.
“Sekali lagi kau menggangguku, aku akan teriak agar mahasiswa menolongku.”
Mendengar ancaman Alexa, bukannya takut Anthony malah semakin menjadi-jadi.
“Coba saja kau teriak, lagipula di halte ini sepi hanya cuma ada aku dan kau. Temanmu sudah pulang, sisa kau kan' di sini?” Anthony menyeringai dengan wajah yang menyeramkan seperti om-om dengan mata yang kelaparan.
“Kau jangan macam-macam denganku, ya! Aku bisa menelepon asistenku untuk menghabisimu!” Alexa mundur satu langkah, memang suasana di sana terlihat sepi karena jam pelajaran kampus sedang berlangsung hanya kelas Alexa dan Anthony yang sudah lebih awal selesai daripada yang lainnya.
Setelah mundur dan mendapatkan ancang-ancang, kedua kaki Alexa melangkah untuk pergi meninggalkan halte tersebut. Namun lagi-lagi Anthony mencegahnya.
“Eits, mau kemana kau, Alexa? Mau kabur lagi ya dariku? Oh, tentu saja tidak bisa.”
“Pergi kau!”
“Tidak mau. Aku mau disini saja bersamamu. Kau jangan pergi dong temani aku di sini. Berbagi cerita atau semacamnya? Kau kan' calon pacarku.” kata Anthony tidak jelas.
“Dasar orang tidak waras!”
“Iya, aku tidak waras karenamu, Alexa. Maka dari itu jadilah pacarku agar aku bisa sedikit lebih waras.”
Anthony masih terus menghalangi Alexa dan menggodanya. Keadaan halte kampus yang sepi membuat Anthony seenaknya dengan Alexa.
Pas dengan apa yang sedang terjadi, tiba-tiba mobil Alexa sampai di depan halte tersebut. Sontak saja Ken yang melihat Anthony tengah menarik-narik lengan Alexa segera melepaskannya.
***