Keesokkan paginya, Seina ikut sarapan bersama karena dia tadi malam menginap di mansion.
"Seina, aku tidak tau kalau kau tadi malam menginap." sapa Berline tersenyum.
"Tadi malam aku sampai di mansion setelah makan malam, dan semuanya sepertinya sudah tertidur." kata Seina melihat ke arah kekasihnya yang hanya diam saja.
Berline terkekeh mendengar perkataan Seina.
"Ah, jam segitu memang kami sudah berada di kamar." kata Berline yang di tanggapi Seina hanya dengan senyuman.
Setelah sarapan, Seina berangkat kerja di antarkan oleh kekasihnya, Aldo. Karena sekalian dia juga ingin berangkat ke kantornya.
Sedangkan Tristan juga mengantarkan istrinya yang hari ini ada pemotretan di salah satu hotel di pusat kota.
"Apa nanti mau di jemput?" Tanya Tristan.
"Tidak perlu,Sayang. Nanti biar managerku yang mengantarku agar tidak menganggu pekerjaaanmu." Jawab Berline.
"Sama sekali tidak menganggu jika kau ingin di jemput." Kata Tristan.
"Aku akan menghubungimu jika memang ingin di jemput." Tristan mengangguk dengan perkataaan istrinya.
"Terima kasih, Sayang." kata Berline setelah sampai, dia mel*mat bibir suaminya sebentar sebelum dia keluar dari mobil,
Tristan tersenyum lalu pergi juga ke kantornya.
Tristan dan Aldo memang satu kantor, hanya berbeda ruangan saja.
Tristan Strom adalah pemilik perusahaan pembuatan dan penjualan perhiasan dan berlian terbesar di kota ini,
Sedangkan Aldo menjabat sebagai direkturnya, keponakan dari kakaknya yang sudah tiada,
Tristan memiliki tanggung jawab terhadap Aldo ketika orang tuanya sudah tiada, umur mereka sama hanya berbeda satu tahun lebih tua dari Aldo, namun begitu Aldo tetap memanggilnya paman, karena memang status mereka adalah paman dan keponakan.
Tristan sudah menganggap Aldo seperti adiknya begitu pun dengan Aldo.
Ayah Tristan masih hidup, namun berada di luar negeri untuk mengelola bisnisnya yang berada di sana, ayah Tristan berarti adalah kakek Aldo dari ayahnya.
Tristan sampai di perusahaan yang ternyata bersamaan dengan Aldo yang tadinya mengantar Seina.
"Bekerjalah dengan giat, jika dalam dua tahun laba perusahaan meningkat, aku akan memberikan perusahaan cabangku yang ada di negara x untukmu." kata Tristan yang membuat Aldo tersenyum lebar.
"Tentu saja, paman jangan khawatir, kau sudah mengajarkanku banyak tentang bisnis, aku pasti bisa melakukannya." kata Aldo yakin yang membuat Tristan tersenyum bangga.
Keadaan ekonomi Tristan dan kakaknya dulu memang berbeda, kakak Tristan atau bisa di bilang ayah dari Aldo ini kurang menguasai dunia bisnis, yang jadinya mereka mengalami kebangkrutan, terlebih mereka meninggal karena kecelakaan, yang membuat Aldo saat itu sangat syock.
Sejak saat itu, Aldo tinggal bersama Tristan dan di ajarkan olehnya tentang dunia bisnis, selama ini Aldo bekerja hanya sebagai manager, Tristan perlu mengetesnya dan mengetahui seberapa tau Aldo menerapkan ajarannya selama ini, dan selama satu tahun dia lolos tes dari Tristan, kerjanya sangat bagus, maka dari itu dia mengangkatnya menjadi direktur di perusahaannya.
Ini adalah satu minggu setelah Aldo di angkat menjadi direktur, dia benar-benar bekerja dengan sungguh-sungguh. Dan itu membuat Tristan bangga padanya.
Tok
Tok
"Masuk!" ucap Aldo yang akhirnya ada wanita cantik dan sexy masuk ke dalam ruangan Aldo.
Aldo sedikit terkejut dengan penampilan sekretarisnya yang baru beberapa hari ini bekerja dengannya mengenakan pakaian yang sangat seksi, bahkan Aldo bisa melihat belahan d**a sekretarisnya yang membuat miliknya tiba-tiba bereaksi namun dia berdehem untuk menetralkan perasaannya,
"Saya membuatkan kopi untuk anda, Tuan." ucap Melisa dengan suara yang di buat semanja mungkin.
"Apa kau bisa mengganti pakaianmu, pakaianmu terlalu ketat dan terbuka, aku harap kau sedikit sopan saat bekerja." ucap Aldo namun malah membuat Melisa tersenyum.
"Apa Tuan tidak menyukainya," kata Melisa yang membuat Aldo terkejut.
"Kau sengaja menggodaku?" Tanya Aldo memicingkan alisnya curiga.
"Aku pikir, semua pimpinan menginginkan ketenangan saat di kantor, agar tidak terlalu serius dengan pekerjaannya, aku hanya menawarkan ketenangan itu, Tuan." kata Melisa tersenyum.
Sungguh suara dan tawaran Melisa membuat milik Aldo sebenarnya bereaksi, dia pria normal yang tentu saja akan beraksi jika di depannya seperti ini. bahkan miliknya kini benar-benar sudah sangat sesak.
"Pergilah, aku akan memaafkanmu kali ini, jangan berniat menggodaku lagi, atau aku akan memecatmu." kata Aldo yang membuat Melisa tekejut.
"Tidak, Tuan, tolong maafkan saya, saya tidak akan melakukannya lagi." kata Melisa lalu pergi dari sana.
"Sial, aku pikir dia sama seperti bosku sebelumnya yang bisa di goda dengan gampang." gerutu Melisa saat sudah keluar dari ruangan Aldo.
Dia tidak menyangka jika ada bos yang masih bersih seperti Aldo, padahal saat dia melihat Aldo sepertinya Aldo memiliki nafsu yang tinggi.
Aldo merasakan gerah yang akhirnya merenggangkan dasinya.
Dia mengambil ponselnya dan memilih untuk menghubungi kekasihnya.
Seina yang kebetulan sedang ada waktu senggang mengerutkan dahinya karena kekasihnya menghubunginya di jam kerja.
"Sayang, bisakah makan siang ini kau ke kantorku?" Tanya Aldo yang membuat Seina semakin mengerutkan dahinya.
"Ada apa, Sayang? Tumben sekali," kata Seina,
Karena saat Aldo sudah di angkat menjadi direktur, Aldo dan Seina jarang untuk pergi makan siang bersama, Aldo mengatakan kalau dia ingin fokus dengan pekerjaanya, mengingat dia baru di angkat menjadi direktur.
"Aku hanya merindukanmu dan ingin makn siang bersamamu." kata Aldo.
"Baiklah, saat jam makan siang nanti aku ke sana." kata Seina yang di senyumi oleh Aldo.
Setelah satu jam. Seina yang memang sudah selesai pekerjaannya sedari tadi bersiap dan mencegat taksi di depan menuju perusahaan kekasihnya.
Tidak semua orang tau soal Seina, namun ada yang sudah tau, kalau Seina adalah kekasih Aldo, direktur mereka.
Meskipun Seina tidak tau di mana ruangan Aldo berada, tapi dia tetap mencarinya sendiri dengan bekal petunjuk dari Aldo di pesannya tadi.
"Anda ingin bertemu siapa, Nona?" sapa Melisa dengan sopan.
"Aku ingin bertemu dengan Aldo" kata Seina yang sebenarnya terkejut dengan wanita di depannya yang sepertinya sekretaris Aldo, namun dia tidak menyukai cara berpakaiannya. Cara berpakaiannya sangat ketat dan terlalu terbuka, sangat tidak cocok untuk sekelas sekretaris.
"Tuan Aldo?" Beo Melisa .
"Aku kekasihnya." kata Seina yang membuat Melisa merubah raut wajahnya.
"Aku akan menemuinya sendiri." kata Seina yang langsung masuk ke dalam ruangan Aldo karena Melisa hanya diam saja.
Melisa mengepalkan tangannya, pantas saja dia di tolak, yang ternyata Aldo memiliki kekasih yang sangat cantik. Namun memang jika di bandingkan dengan miliknya, ukuran Melisa lebih besar dari Seina.
Aldo tersenyum melihat Seina lalu memintanya untuk duduk di pangkuannya.
"Tumben seka-..emmmt"
Ucapan Seina bahkan terhenti ketika Aldo sudah menyerang bibirnya.
Seina bisa merasakan jika milik kekasihnya keras di bawah sana.
Meskipun sedikit bingung, Seina tetap membalas ciuman kekasihnya dan mengalungkan tangannya di leher Aldo.
Dengan gerakan cepat, Aldo membuka kancing kemeja Seina dan ingin mengeluarkan benda kenyal dari dalam tempatnya namun Seina mencegahnya.
"Aku sangat menginginkanmu, Sayang." Ucap Aldo.
"Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kau tadi tidak sedang menonton film p*rn* kan?" Ucap Seina yang curiga dan bingung dengan kekasihnya, karena tiba-tiba wajahnya seperti di liputi gairah, bahkan ciumannya tadi benar-benar menandakan kalau hasratnya ingin di tuntaskan.