Hari demi hari berlalu, Aldo yang tadinya ingin melangsungkan pertunangan dengan Seina akhirnya tidak jadi, karena kesibukan Aldo dan Seina. Mereka sekrang benar-benar sibuk dan akhirnya sepakat untuk menunda pertunangan mereka.
"Astaga." gumam Aldo menghela nafas panjangnya, dia juga memijat pangkal hidungnya karena sebenarnya merasa lelah karena pekerjaannya yang sangat banyak.
Tok
Tok
"Masuk!"
Melisa masuk ke dalam dengan membawa dokumen untuk di tanda tangani oleh Aldo.
"Taruh saja di situ." kata Aldo yang masih memijat pangkal hidungnya.
"Apa Tuan tidak apa-apa?" Tanya Melisa yang melihat Aldo memijat pangkal hidungnya.
"Ya, aku baik-baik saja, kenapa?" Tanya Aldo menoleh ke arah Melisa.
"Sepertinya anda sangat lelah, saya bisa memijat kepala dan bahu anda jika di izinkan." kata Melisa yang membuat Aldo terdiam sebentar.
"Baiklah, tolong pijit saya." kata Aldo pada akhirnya.
Melisa tersenyum lalu memposisikan dirinya di belakang Aldo dan memijat pelan kepala dan bahunya.
Aldo memejamkan matanya. Dan menikmati pijatan Melisa, Melisa dengan sengaja memijit sambil sedikit meraba tubuh Aldo yang membuatnya sedikit terpancing.
Melisa merubah posisinya menjadi di depan Aldo untuk memijit kepala bagian depannya, Aldo sebenarnya sedikit terkejut, namun dia tidak menolaknya, dia membuka matanya dan bisa melihat benda kenyal yang besar milik Melisa berada tepat di depannya, dia sampai menahan nafasnya dan memilih untuk memejamkan matanya agar tidak terpancing lebih jauh oleh sekretarisnya.
"Sepertinya sudah cukup." Kata Aldo yang tidak ingin dia terpanding lebih jauh lagi.
"Jika anda sangat lelah, aku siap untuk menjadi penghibur anda kapanpun, aku tau anda sebenarnya menahannya sedari lama." kata Melisa membuka suaranya lalu tangannya meraba ke d**a Aldo yang membuat Aldo terkejut dan akhirnya Aldo mencengkram tangan Melisa agar tidak menyentuhnya lebih jauh.
"Aku akan menghibur anda, aku berjanji tidak akan ada yang tau tentang kita, Tuan Aldo." Kata Melisa yang kini bahkan dengan beraninya tangan satunya sudah berada di pangkal paha Aldo, Aldo mengerang dia benar-benar sudah tidak menahannya apalagi ketika tangan Melisa mengelus miliknya yang membuatnya langsung bereaksi dengan cepat.
"Milik anda sudah menegang, Tuan." kata Melisa dengan manja yang membuat Aldo benar-benar terpancing, dia meraih tubuh Melisa dan mencium bibirnya, Melisa tersenyum miring akhirnya dia bisa merobohkan benteng Aldo yang sedari lama sangat sulit di taklukkan yang padahal dia sangat tau kalau Aldo sudah sangat b*******h dengannya.
Aldo mer*mas benda kenyal yang sedari kemaren selalu membuat miliknya berdiri dan selalu memancingnya
"Aaah, Tuan." lenguh Melisa di buat seseksi mungkin yang membuat Aldo menjadi semakin tidak bisa menahannya.
Namun ketika Aldo ingin membuka kemeja Melisa, pintunya di ketuk dari luar yang membuat Aldo dan Melisa sangat terkejut,
Aldo reflek mendorong pelan tubuh Melisa, Melisa sendiri langsung menutup bajunya dan merapikan rambutnya karena sedikit acak-acakan karena ulah Aldo.
"Masuk!"
Aldo tiba-tiba sedikit gugup karena ternyata yang masuk adalah Seina, kekasihnya.
Seina yang tadinya tersenyum, melunturkan senyumannya karena melihat ada sekretaris kekasihnya di dalam ruangan Aldo.
"Permisi, Tuan." pamit Melisa, Melisa bahkan sempat tersenyum dan di balas senyuman oleh Seina.
"Sayang, ada apa?" Tanya Aldo yang berusaha bersikap biasa agar Seina tidak curiga.
"Aku cuman mau memberitahu, aku dan Paman Tristan ingin pergi ke kota x untuk meting." kata Seina.
"Ah ya, tentu Sayang, hati-hati" kata Aldo
"Bajumu sedikit berantakan." kata Seina yang membuat Aldo terkejut dan langsung melihat bajunya yang memang sedikit lusuh.
"Oh ini tadi aku sempat berbaring karena kepalaku sedikit pusing, Sayang." kata Aldo sebagai alasan. Dia menghela nafasnya beberapa kali untuk menghilangkan kegugupannya.
"Apa kau menginap nanti?" Tanya Aldo mengalihkan pembicaraan.
"Kata Paman tidak, karena dia tidak suka menginap di luar." kata Seina yang di angguki oleh Aldo.
"Benar juga, aku lupa kalau Paman Tristan memang tidak suka menginap, dia lebih memilih untuk langsung pulang meskipun sampai di rumah tengah malam." kata Aldo yang tentu saja tau bagaimana kebiasaan pamannya.
"Baiklah, aku pergi dulu, Sayang." kata Seina memeluk Aldo sebentar.
Dia sebenarnya sedikit merasa aneh, karena tubuh Aldo ada parfum berbeda.
*****
Setelah mengatakan kepada Aldo
Tristan dan Seina pergi ke kota x untuk menghadiri meting penting di sana,
kali ini Aldo memang tidak ikut, karena memang dia juga ada pekerjaan di sini.
Setelah meting, ternyata hujan cukup deras yang membuat Tristan dan Seina akhirnya menghentikan mobilnya terlebih dahulu karena hujan deras yang menutupi pandangan mereka.
Tristan memang sengaja tidak memakai supir karena dia lebih senang mengendarai mobilnya sendiri.
"Sepertinya kita harus berteduh di hotel atau paling tidak kita menyewa penginapan, kita tidak bisa meneruskan perjalanan ini kalau masih begini." kata Tristan.
"Sepertinya begitu Paman, hujannya sangat deras." kata Seina,
Mobil mereka menepi di pinggir jalan, bahkan banyak mobil juga yang menepi karena cuaca benar-benar buruk.
Tristan melepaskan jasnya ketika melihat tubuh Seina menggigil,
"Terima kasih, Paman." kata Slina menerimanya karena memang tubuhnya sangat dingin, bahkan Tristan sudah mematikan Ac mobilnya tapi tubuh Seina masih bergetar karena menggigil.
Tristan sedikit panik ketika melihat bibir Seina bahkan mulai memucat.
"Kau baik-baik saja, Seina?" Tanya Tristan karena takut Seina kenapa-kenapa,
"S-sangat dingin, t-tapi ini sudah terbiasa" jawab Seina yang memang tubuhnya merasakan kedinginan yang luar biasa.
Tristan membiarkannya namun lama kelamaan dia menjadi bingung saat tubuh Seina bahkan semakin menggigil, dia tidak mungkin melanjutkan perjalanannya, karena hujan masih sangat deras,
"Kemarilah" kata Tristan yang membuat Seina tidak mengerti.
Tristan meraih tubuh Seina dan memeluknya yang membuat Seina sebenarnya terkejut tapi tidak menolaknya karena tubuhnya benar-benar tidak tahan karena kedinginan, Seina bisa merasakan sedikit hangat karena pelukan badan kekar Tristan yang merapat di tubuhnya.
Tristan menoleh ke arah Seina dan di lihatnya bibir Seina yang masih memucat bahkan nyaris membiru karena kedinginan, entah nalurinya menuntunnya untuk meraih dagu Seina dan langsung melumat bibirnya yang memang terasa dingin.
Seina melototkan matanya mendapatkan serangan ciuman dari paman kekasihnya.
Dia ingin menolak dan mendorongnya, namun tubuhnya berkata lain, dia merasakan kehangatan bibir Tristan yang membuatnya akhirnya terbuai dan membalas ciuman Tristan,
Mendapatkan balasan ciuman dari Seina, tiba-tiba membuat tubuh Tristan menjadi b*******h dan terpancing, apalagi suasana hujan deras mendukung aktifitasnya saat ini. Bahkan dengan cepat Tristan melepas sabuk pengaman Seina dan menaikkannya di atas pangkuannya. Dia sedikit memundurkan kursi joknya yang membuat Seina lebih leluasa duduk di sana.
Ciuman mereka benar-benar tidak terkontrol yang bahkan Seina mendongakkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya saat Tristan menciumi Lehernya. Di bawah sana Seina bisa merasakan milik Tristan yang sudah mengeras.
Namun ketika Tristan hendak membuka baju Seina, Seina tersadar dan mendorong Tristan.
"P-paman, maafkan aku, aku rasa ini tidak benar." kata Seina menggigit bibir bawahnya.