Beban di pundakku perlahan terangkat. Meskipun belum semuanya lenyap, tapi aku yakin perlahan-lahan beban itu akan menguap tak tersisa. Pembicaraanku dengan Liny kemarin membuatku sadar bahwa bukan hanya aku satu-satunya yang terluka. Kami semua terluka. Liny, Romi bahkan Darryl. Kami memiliki luka dari masa lalu. Liny yang kukira tak merasakan apa-apa nyatanya juga terluka. Ia kehilangan bayinya. Ia takut dicampakkan karena diriku. Begitu banyak luka yang hanya bisa kubayangkan saja. Romi pun kurasa tak kalah menderita. Ia harus menikah dengan Liny, wanita yang tidak ia cintai. Mungkin meninggalkan dan menyakitiku pun sebuah luka baginya. Sedangkan Darryl, ia hanya menginginkan perdamaian di antara kami berempat. Ia yang semula tak ingin ikut campur dalam masalah ini akhirnya har