Hari menjelang petang, Zero mengajak Valentine ke sebuah air terjun tempat di mana biasa Zero menyendiri. Dituntunnya pergelangan tangan Valentine dengan lembut, aroma tubuh Valentine tercium di hidung mancungnya. Zero benar-benar menahan dirinya untuk tidak menerkam Valentine saat itu juga, suatu keajaiban Zero bisa menahan hasrat seksualnya. Meskipun ia belum pernah melakukan hal itu kepada iblis mana pun.
Tetapi ia tahu cara melakukan, dari mana Zero bisa mengetahuinya? Dengan membaca buku? Tentu saja tidak, percintaan panas ayah dan ibunya membuatnya terinspirasi. Jangan tanyakan bagaimana Zero bisa melihatnya di saat ruangan sang ayah selalu dilindungi dengan barrier kuat agar tidak ada yang dapat memasukinya.
Zero melepaskan tangannya agar Valentine dapat leluasa menikmati pemandangan air terjun di hadapannya. Terpesona untuk yang kesekian kalinya, Zero benar-benar menahan dirinya untuk tidak memeluk tubuh Valentine begitu saja.
"Sepertinya kau suka sekali tempat yang indah seperti ini," Valentine mulai membuka suara.
"Di sinilah tempat biasanya aku menyendiri, bahkan Eather tidak kuizinkan untuk mengikutiku ke tempat ini," jawab Zero sambil tersenyum memandang pemandangan indah di depannya.
"Kau suka menyendiri?"
"Tidak juga, hanya saja jika kuingin sendiri untuk memikirkan tentang Ratu, aku akan datang ke sini," jawab Zero tanpa menoleh.
"Kau pasti sangat menyayangi Ratu hingga kau memikirkannya."
"Tentu saja, Ratu Sakura adalah satu-satunya orang yang akan kulindungi sekalipun dari para Lord. Meskipun mereka tidak mungkin juga menyakiti Ratu, siapa pun yang menyakiti Ratu akan aku pastikan menjadi debu," jawab Zero sambil tersenyum lembut.
"Ternyata, kau sangat berbakti pada orangtuamu," ucap Valentine sambil melangkahkan kakinya ke tepian air terjun dan duduk di bebatuan.
"Tentu saja, karena Beliau sudah berusaha hingga mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku. Sepertinya aku menjadi iblis yang aneh, tidak seperti iblis lainnya yang pastinya kejam dan tanpa ampun dengan iblis lainnya." Zero melangkah mendekati Valentine dan duduk di dekatnya.
"Ya, secara logis kau memang iblis yang aneh. Begitupun dengan diriku, kau lihat betapa anehnya diriku? Secantik Dewi tetapi nyatanya aku seorang iblis, bahkan aura iblisku tidak terasa sama sekali," jawab Valentine kini tatapannya menjadi sendu.
"Tetapi banyak sekali Pangeran yang mengincarmu, bukan? Aku iri dengan mereka yang secara terang-terangan ingin memilikimu dan mungkin akan mendapatkanmu," ujar Zero membuat Valentine terkekeh.
"Tetapi aku hanya ingin bersanding dengan iblis yang seperti malaikat, agar dapat bersanding dengan diriku yang seperti ini," jawab Valentine seketika membuat Zero berpaling ke arahnya.
"Sepertinya aku tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkanmu." Zero tertawa kecil, hatinya terasa tercubit.
"Aku tidak tahu, lagi pula itu hanya keinginanku, bukan berarti aku harus memaksakan kesukaanku," jawab Valentine sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Jadi, aku masih punya kesempatan?"
"Sepertinya." Valentine tersipu malu lalu bangkit berdiri, sedangkan Zero wajahnya berseri-seri sambil menahan rasa gembira di hatinya.
Sepertinya hati Zero saat ini benar-benar telah berbunga-bunga, masih dalam keterkejutan dan perasaan bahagia Zero tidak menyadari jika Valentine sudah melangkahkan kakinya, tetapi sayangnya ia terpeleset dan...
Brugh
Byurr
Tubuh Valentine menimpa Zero dengan akhirnya mereka berdua masuk dalam kolam air terjun yang lumayan dalam.
"Vale, kau baik-baik saja?" tanya Zero khawatir setelah mencapai permukaan air.
"Haa ... haaa ... Ya, maafkan kecerobohanku," jawab Valentine lalu Zero naik ke tepian dengan cepat mendekati Valentine.
Pakaian mereka berdua benar-benar basah tidak tertolong, gaun putih yang dipakai Valentine benar-benar mencetak tubuh ramping miliknya dan menampilkan buah dadanya yang terlihat menggoda meskipun masih tertutup gaun. Zero yang melihat itu langsung saja membuang muka tidak ingin melihat pemandangan indah di depannya, Zero takut saat itu juga ia akan menerkam Valentine dan misinya gagal untuk mendapati gadis iblis itu.
"Ayo naik," ajak Zero, tetapi Valentine menggelengkan kepalanya.
"Di dalam air tidak ada monster apa pun, bukan?" tanya Valentine, Zero mengerjapkan matanya.
Zero mengangkat satu alisnya lalu menggeleng tanda ia menjawab, Valentine tersenyum lalu ia menyelam ke dalam air. Tubuhnya meliuk-liuk bebas di dalam air, Zero yang melihat itu langsung turut menyelam ke dalam air dan melihat apa yang dilakukan Valentine.
Valentine berenang dengan bebasnya di dalam air, terlihat senyum bahagianya saat menatap Zero di dalam air. Zero mendekat seperti terhipnotis saat Valentine merentangkan kedua tangannya ke samping. Meskipun di dalam air mereka berdua masih tetap bisa bernapas, Zero menatap iris ungu Valentine lekat-lekat.
Kedua tangannya diletakkan di atas pinggul Valentine, suasana yang begitu tentram dan hanya terdengar derasnya air terjun membuat Zero semakin gencar ingin melumat bibir ranum milik Valentine. Zero mendekatkan dirinya ke tubuh Valentine, ia sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi. Kedua tangan Valentine memegang bahu sang Pangeran sambil menatap lekat-lekat iris rubinya, wajah kedua insan itu semakin lama semakin mendekat hingga tersisa jarak setengah senti saja. Detik-detik bibir mereka akan bersentuhan saat itulah...
Wuuush
Dengan cepat Zero memundurkan kepalanya, dilihatnya sekeliling sambil menajamkan pandangannya. Saat terlihat sebuah pergerakan aneh di sudut gelap kolam Zero dengan cepat memeluk tubuh Valentine dan Zero terbang dari dalam air ke atas. Saat itu juga terlihat seekor monster berbentuk ular besar berkepala manusia keluar dari dalam air.
"Lenyaplah," gumam Zero, iris rubinya menatap nyalang sang monster dan saat itu juga monster itu melebur menjadi abu.
Zero yang masih tetap melayang di udara itu kini bergerak turun menapakkan kakinya di pinggir kolam. Wajah pucat Valentine memberitahukan betapa takutnya dirinya, wajar saja jika ia takut. Monster yang berkepala manusia adalah monster tingkat atas yang hanya bisa dikalahkan iblis yang setara dengan kekuatan Raja Iblis.
"Maafkan aku membuatmu takut, aku jamin tidak ada monster apa pun di sini. Tetapi entah kenapa mereka tiba-tiba saja muncul di sini, seharusnya tidak ada monster di dalam Wilayah Kerajaan Phanthom selain di kabut terlarang." Zero menjelaskan sambil memberikan jarak pada Valentine.
"Ya, aku mengerti," jawab Valentine sambil memberikan senyum terbaiknya meskipun jantungnya masih berdetak kencang.
Zero memalingkan wajahnya sambil melepaskan mantel pakaiannya dan melampirkan ke tubuh Valentine.
"Untuk menutupi tubuhmu, aku tidak ingin ada yang melihat tubuh indahmu itu," ucap Zero sambil menatap arah lain, Valentine terkekeh.
"Aku tidak menyangka ada iblis sesopan dirimu," jawab Valentine sambil tersenyum simpul.
"Karena Ayah-ayahku yang selalu bersikap kurang ajar pada Ibuku, jadi aku selalu mencoba tidak mengikuti jejak mereka," jawab Zero yang akhirnya bisa menatap wajah Valentine dengan tenang.
Valentine hanya mengangguk tersenyum, Zero kembali mendekat lalu memeluk tubuh Valentine yang sepertinya tidak nyaman berada di tempat itu.
"Baiklah, sebaiknya kita kembali ke istana," ucap Zero yang kini berada di samping Valentine, gadis iblis itu hanya mengangguk.
Mereka berdua kembali berjalan memasuki hutan menuju istana, tetapi tiba-tiba hutan itu menjadi gelap dan kabut mulai terlihat.
"Sekarang apa lagi?!" gumam Zero merasa kesal, karena hari ini selalu saja mendapat kesialan.
Tiba-tiba saja turun hujan dan sangat deras, mereka berdua berlari mencoba berteduh di bawah pohon yang rindang sehingga mereka tidak kehujanan.
"Tunggu, ada yang aneh," gumam Zero sambil berpikir, Valentine menatap tidak mengerti ke arah sang Pangeran.
"Sejak kapan di dunia iblis bisa turun hujan?" ucap Zero sambil menatap wajah Valentine, sedangkan yang ditatap hanya bisa mengangkat bahu.
Zero memutar bola matanya jengah, ia tahu saat ini ada yang aneh di sekitarnya. Sayangnya ia tidak mengetahui dengan keanehan itu, Zero membuka portal dengan tangan kanannya. Lingkaran sihir terlihat di kaki mereka berdua dan mereka berdua pun menghilang begitu saja. Terdengar kekehan seorang lelaki di balik pohon, dan tiba-tiba saja seorang wanita datang dan menghentikan kekehan lelaki tersebut.
"Kau mengerjai Putramu sendiri, Sebastian," ucap sang wanita, sosok lelaki itu keluar dari balik pohon dan menampakkan dirinya sambil tersenyum hangat pada wanita di depannya.
"Aku hanya sedikit bermain dengannya, Sakura," jawab Sebastian lalu memeluk Sakura dan mengecup pipi Sakura dengan gemas.
"Jika sampai Zero tahu dengan apa yang kau lakukan, sudah dipastikan Zero akan mengurungku di kamarnya lagi," kata Sakura sambil menjauhkan tubuhnya.
Sebastian mendekatkan wajahnya. "Kalau begitu jangan sampai ia tahu," bisik Sebastian di telinga Sakura sambil mengigit ujung telinganya.
***
Malam harinya, seluruh anggota Kerajaan sudah duduk di meja makan. Terlihat Eather dan Nico yang sudah duduk berdampingan seperti kakak dan adik, seharian ini Zero memerintahkan Eather untuk berada di istana dan tidak mengikuti dirinya. Eather hanya bisa menuruti keinginan tuannya saja jika membantah saat itu juga ia bisa menjadi debu, itu sangat tidak elit untuknya.
Meja makan yang berbentuk persegi panjang itu dengan di kepala meja terdapat Sebastian, sebelah kiri Sebastian adalah sang Ratu tercinta yakni Sakura. Di sebelah kanan Sebastian sudah ada Viper yang duduk manis sambil terus menatap Sakura dengan seringaiannya, di sebelah kanan Viper sudah ada Shine yang juga menatap Sakura. Di depan Shine ada Mysth yang memainkan gelas wine miliknya, di sebelah kiri Mysth sudah ada Rozenth yang mendengar celotehan Lazark. yang kini di hadapannya. Eather dan Nico sudah jelas berada di ujung meja makan itu, yang seharusnya mereka tidak diperbolehkan semeja dengan para Lord, tetapi Sakura memberi izin khusus kepada mereka berdua.
Zero datang bersama Valentine dengan tentunya pakaian mereka sudah diganti dengan yang baru. Sakura yang melihat kedatangan sang Pangeran tersenyum hangat sambil sedikit melirik ke arah sang Putri.
"Zero, mengapa kau baru mempertemukan kami dengan Calon Kekasihmu?" tanya Lazark dengan menekankan kata 'calon kekasih' pada Zero, wajah sang Pangeran memerah lalu menatap ke arah lain.
"Maaf, aku tadi mengajaknya berkeliling dahulu," jawab Zero sambil menarik kursi untuk Valentine duduk di sisinya.
"Kalau begitu perkenalkan pada kami," ucap Rozenth dengan aura dinginnya, Zero mengangguk.
Seperti itulah Rozenth, ia hanya bersikap hangat pada Sakura. Meskipun hingga saat ini ia tidak mengetahui perasaannya terhadap Sakura, tetapi jika ada yang mencoba menyakiti Sakura dia tidak akan segan-segan membunuh siapa pun itu.
"Namaku Valentine Behemoth, Putri sulung dari Kerajaan Behemoth." Valentine memperkenalkan diri dengan berdiri sambil menunduk hormat.
"Senang bisa bertemu denganmu, Putri Valentine," ucap Sakura sambil tersenyum manis, Valentine menatap Sakura dengan aneh.
"Ahh, sepertinya kau tidak mengenalku. Namaku Sakura Michaelis, aku adalah Ibu dari Pangeran Zero," ucap Sakura raut wajah Valentine menjadi terkejut lalu menunduk meminta maaf.
"Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia Ratu," jawab Valentine dan hanya mendapat kekehan dari Sakura.
"Duduk dan bersantailah, meskipun para Lord terlihat dingin dan menyebalkan mereka adalah iblis yang baik," jawab Sakura, Valentine mengangguk sambil tersenyum lalu duduk di kursinya.
"Baiklah, selamat makan malam," ucap Sebastian pada akhirnya.
Mereka pun memakan hidangan yang sudah disajikan, dan kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Terlihat Rozenth yang berbincang dengan Lazark dan Shine, Viper yang seperti biasa beradu argumen dengan Sebastian dan Sakura yang berbicara dengan Mysth, meskipun Mysth hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan dan tatapan memuja darinya.
Zero memperkenalkan semua ayahnya pada Valentine, dan gadis cantik itu terlihat senang melihat keakraban keluarga besar di hadapannya. Seketika suasana menjadi hening, terlihat Mysth sedang menyuapi Sakura dengan mesranya. Ditambah Sebastian yang melakukan hal yang sama namun dengan akhir yang berbeda.
"Sebastian, kau membuat suasana semakin memanas," ucap Viper sambil menyesap wine miliknya.
"Kau mencuri start," timpal Rozenth.
"Sungguh terlalu." Shine semakin mendramatisir.
"Ahh, aku tidak tahan lagi," sambung Lazark sambil memalingkan wajahnya ke arah Zero.
Terlihat wajah Valentine memerah sambil memandang ke arah Sakura. Sedangkan Zero yang bingung dengan perdebatan kecil itu langsung menoleh ke arah tatapan Valentine.
"Ada apa?" tanya Zero pada Valentine, sedangkan yang ditanya hanya menutup wajahnya.
Zero yang tidak mendapatkan jawaban dari Valentine beralih ke Lazark yang berada di samping kirinya.
"Seperti biasa, Sebastian sudah memulainya," jawab Lazark dengan seringaiannya, sedangkan Zero menatap tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ayahnya itu.
"Maksud, Ayah?"
"Sebastian membersihkan saus steak di ujung bibir Hime dengan menjilatnya, sekarang kau paham?" Zero dengan cepat menoleh ke arah Valentine.
"Apa kau sudah selesai makan?" tanya Zero panik, Valentine yang melihat itu mengerutkan keningnya dan hanya mengangguk.
"Kita pergi dari sini sebelum mereka memulainya," ajak Zero lalu matanya melihat ke arah tempat duduk Eather dan Nico yang sudah kosong.
'Baguslah mereka juga sudah pergi,’ batin Zero.
Valentine menatap tidak mengerti ke arah Zero, pemuda bersurai cokelat itu bangkit lalu melihat ke arah orangtuanya. Permainan mereka sudah dimulai, terlihat Rozenth menumpahkan wine miliknya ke wajah Sakura dengan perlahan. Cairan merah itu turun meluncur membasahi wajah hingga ke buah dadanya.
"Rozenth, apa yang kau lakukan?!" pekik Sakura dengan tiba-tiba kedua tangannya terikat ke belakang kursi.
"Sebastian yang memulai dan kami yang akan melanjutkan permainannya," jawab Rozenth yang terdengar lembut dan menggoda, Valentine yang melihat itu kembali menutup matanya lantaran ia melihat Mysth dan Sebastian yang sudah menjilati leher jenjang Sakura.
"Kita pergi," ucap Zero sambil menarik tangan Valentine.
"Ahh ... hentikan, kalian tidak melihat jika sedang ada tamu?!" ucap Sakura menahan desahannya.
"Mereka sudah pergi dan mari kita lanjutkan malam ini, sepertinya akan menarik jika kami berenam bermain denganmu malam ini," jawab Viper sambil menyeringai.
"Apa?! Uhm ...."
Zero dan Valentine tidak terlalu mendengar percakapan terakhir orangtua Zero karena mereka sudah keluar dari ruang makan. Valentine menutup mulutnya sambil menatap Zero tidak percaya, Zero yang dilihat seperti itu hanya bisa mengusap tengkuk lehernya. Mereka berdua lalu berjalan ke arah kamar yang sudah disediakan untuk Valentine.
"Maaf, kau mendengar hal-hal menjijikan seperti itu," ucap Zero sambil menunduk.
"Tidak masalah, aku hanya tidak menyangka saja ternyata Ibumu terlihat sangat muda melebihi diriku," jawab Valentine yang kini duduk di tepi ranjang.
"Ya, wajahnya akan abadi seperti itu," jawab Zero sambil mengembuskan napasnya berat.
"Apa mereka selalu melakukan itu setiap hari?" tanya Valentine dengan wajah yang memerah.
"Ya, tetapi biasanya mereka hanya bergiliran. Meskipun yang lebih sering mendapatkannya adalah Ayah Sebastian, karena yang selalu berada di Istana Ayah Sebastian dan Ayah Shine," jawab Zero sambil tersenyum melihat reaksi Valentine.
"Ehm ... apa mereka sangat suka melakukan itu?" tanya Valentine sambil menatap ke arah lain.
"Aku tidak tahu, tetapi Ayah Sebastian berkata sangat menyukai tubuh Ibu dan ia sudah kecanduan sejak pertama kali melakukannya. Sedikit horor saat aku mendengarnya berbicara seperti itu," jawab Zero sambil bergidik ngeri.
Valentine terkekeh lalu menatap iris rubi milik Zero lekat-lekat.
"Apa kau ingin mencobanya denganku?"