Suasana hati Dina berubah buruk setelah semua yang dikatakan oleh Dion. Dina masih duduk termenung di meja makan. Kehilangan tenaga untuk sekedar mengemasi bekas sarapan itu. Dina tertegun dan berpikir ulang. Tak lama kemudian dia mengangguk-angguk samar. "Yah, semua yang dia katakan itu memang benar adanya, tapi... kenapa aku merasa sedih?" lirih Dina. Dina menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangan. Suara embusan napasnya terdengar sesak. Setelahnya dia bangun dan membereskan piring kotor di meja makan. Dia jadi tak bersemangat lagi. Padahal hari ini dia sempat berencana untuk membersihkan dan menata ulang ruang keluarga. Dina menatap rumah itu. Dia tersadar bahwa ia hanya sementara di sana. Dina mengingatkan dirinya sendiri. Dia hanyalah tamu untuk tiga bulan ke depan. Dia akan pe