Dina merasa lebih baik lagi ketika perutnya sudah kenyang. Walaupun hanya dengan menu telur dadar dan sambal bawang matah, tapi Dina terus menambah nasi ke piringnya hingga tiga kali. Sang ibu cukup terheran-heran, karena biasanya Dina tidak pernah makan sebanyak itu. "Kamu belum makan dari pagi, ya?" tanya ibu Rianti. Dina terdiam, lalu kemudian tersenyum malu. "Iya, Buk." "Astaga ... piye toh! apapun yang terjadi, seberat apapun masalah yang dateng, kamu harus tetap mengisi perut." "Sebenarnya tadi aku sudah memesan makanan," ungkap Dina. "Lah terus?" Dina mengembuskan napas kasar. "Makanannya tumpah, Buk." "Kok iso tumpah?" Dina kembali terbayang saat Dion menjungkir balikkan meja dengan penuh emosi. "Karena kucing, Buk." Sang ibu mengerutkan kening. "Kucing." Dina berdecak k