Adri mencengkram tas pesta perak ditangannya itu sambil menggigit bibir. Menahan buliran cairan bening yang siap membahasi pipinya. Untuk kesekian kalinya Dia menangis untuk dan karena Ruliano. Laki-laki beruntung sialan yang mendapatkan cinta pertamanya, ciuman pertamanya. Laki-laki arogan yang memimpin sebuah perusahaan yang bercabang dimana-mana. Laki-laki yang senang memerintahnya sewenang-wenang. Laki-laki yang ditakdirkan untuk menjadi seorang direktur diusia sangat muda. Laki-laki yang kini Adri yakini, Dia cintai sepenuhnya. Laki-laki yang kini Dia lihat tengah berdiri di sisi podium dengan kemeja dan tuxedo senada dengan gadis disampingnya. Inikah alasan semua orang menyandingkan mereka? Adri merasakan hatinya seakan dipilin dan diremas dengan tidak manusiawi. Sesakit inik

