Michell menutup mulut cepat saat tersadar bahwa teriakkannya mungkin saja dapat membangunkan Shella dari tidur nyenyak wanita itu. Ia tak pernah bosan menatap wajah damai sang istri. Michell selalu merasa beruntung, karena dalam hidupnya ia bisa memiliki Shella. Helaan nafas terdengar. Michell bisa merasakan kesedihan Shella saat bersama Icha dan Audi tadi. Istrinya itu pasti teringat pada buah hati mereka. Jika saja dia tidak lalai. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin perut Shella sekarang sudah membesar. Michell kembali membaringkan diri di samping Shella. Posisinya miring menghadap tubuh Shella, lalu membawa Shella ke dalam dekapannya. Berulang kali dia mengecupi kening dan puncak kepala Shella. “Maafin aku. Maafin kelalaian aku Sayang.” Michell melirih. “Maaf..” beru