3

1108 Kata
Michell berlari menuruni tangga. Ia akan menemui Dipta, meminta bantuan papahnya. Biarkan saja dulu Icha bersama Brandon. Toh Brandon juga tak akan berani memperkosa sang adik di daerah kekuasaan mereka. “Pap… Astajim! Ma, Pah, masih siang jangan m***m di sofa iih." Kaget Mich, lalu berujar spontan saat melihat orang tuanya saling tindih di ruang keluarga. "Mich! kenapa sih suka gangguin Papa mulu?!”, Omel Dipta, “cari mainan sana biar kaya si Chello tuh anteng!” Dipta kesal karena anak keduanya selalu saja mengganggu momen romantis ia dan Dira. "Papaa huaaaa… Bantuin Mich Pah. Mich pengen kawin." Pletaak! "Mamah ih, sakit pala Mich ini Mah." Rengek Mich karena kepalanya mendapat getokan maut Dira. "Language Mich! Kawin-kawin emang kamu kucing?!" sergap Dira membuat Mich kicep. "Pah, Mich pengen yang ada difoto ini.” Michell memberikan ponselnya pada Dipta. "Gusti Mich! Ini istri Abang kamu! Sadar Nak." Pekik Dipta membuat Mich seketika menarik ponselnya dan melihat foto siapa yang dilihat oleh sang papah. Deng, Deng! Ternyata foto Audi yang lagi ngiler di mobil. Ini pasti kerjaan si Permen Chaha ini sih, batin Michell gemas oleh kelakuan princess. "Aelah Pah! Bisa mati bunuh diri Mich kalau nikah sama si Audi dodol itu. Bukan ih! Geser.. Geser gih fotonya!” titah Mich setelah kembali melempar ponselnya pada Dipta. Glotak!! Kembali Dira menempeleng Michell. "Adoh Mah! Apalagi, aelah?! Kalau gini Abang berasa anak tiri, dianiaya mulu deh!” "Kamu itu! Sopan dikit sama Papa kenapa sih Mich?!” omel Dira sekali lagi. Bukan menghiraukan kemarahan sang mama atas attitudenya yang less, Mich justru asik menyalakkan TV, memutar DVD kartun kesayangannya. "Cantik Mich…" Mich menatap horror Dipta— Tua-tua keladi, makin tua makin jadi dasar!, "Itu punya Mich Pah!” tegas Mich menyuarakan kepemilikkannya atas Shella. "Alah! Ngaku-ngaku kamu dasar muridnya Si Onta. Tadi dia ditolak pah abis itu nggak diaku. Malu Mama Pah." Ucap Dira yang lantas membuat Mich langsung berdiri tegak. "Iiihhh.. Mamah, iiihh… Buka Aib Bang Mich kan! Mamaaa, Papa, bantuin dapetin so Shella! Jangan salahin Abang ya kalau besok-besok itu anak hamil anak Abang." Ucap Michell penuh emosi dan ancaman sambil menhentak-hentakkan kakinya, khas seperti anak kecil sedang merengek meminta permen. "Micheeeelllllll! Jangan asal main hamilin aja kamuuuu Miicchhhh." Teriak Dipta pada putra keduanya. Bisa gawat kalau ia tidak bertindak. Hamil betulan anak orang nanti! "Mah, ayo! Gawat ini kalau dibiarin. Ayo kita ke kamar, tuntasin dulu urusan kita." Kata Dipta menarik Dira ke arah mereka hingga teriakkan Icha menggagalkan aksi lelaki itu, "Papaaaaaaaaaaaaa Brandooooooooon pegang-pegang Ichaaaa Paaaaah,’, teriakan itu membuat Dipta lantas berhenti dan segera mencari posisi sang princess, membuat Dira terheran— bukannya tadi mau lanjut ya kok malah lari ke Icha sih?! * Gue Otw rumah lo Shella mengerutkan kening ketika ada pesan tanpa nama masuk. Siapa pikirnya? Karena tidak mungkin itu Leon. Leon tidak akan seberani itu untuk datang ke rumah. Terlebih larangan dan ancaman untuk mengirim dirinya ke luar negeri telah sang ayah kumandangkan. Ting.. Tong.. Bel rumah Shella berbunyi. Shella menepuk kening. Lupa jika asisten rumah tangganya ijin sakit. Bangkit dar sofa ia berjalan menuju pintu utama. Alangkah terkejutnya Shella menemukan Michell bertengger cantik dihadapannya. “Lo ngapain ke rumah gue?!” "Kan gue udah sms mau otw, cintaaahhhh." Shella bergidik geli. Ia berpikir jika otak Mich sengklek. Mungkin malah terlahir sungsang dengan otak ketinggalan dalam perut ibunya. Michell mendorong pelan Shella, lalu dengan seenaknya masuk ke dalam rumah membuat gadis tu murka. “Eh! Lancang ya lo main masuk rumah gue tanpa permisi.” Shella berlari mengejar Michell. Ia takut sekali, di kelas yang ramainya setengah mati saja Michell beran tak senonoh. Apalagi kalau mereka hanya berdua?! "Keluar lo!" Shella menarik tangan Michell. Ia tak rela jika sofa di rumahnya dikotori oleh p****t Michell. "Abang kangen sama Ayang" ujar Michell mengulurkan tangan agar Shella menarik dirinya. "Abang soto ayam lo? Jijik gue!” dengus Shella. "Iya, soto ayam buat menuhin hati adek pakai kuah cinta Bang Mich." Mich menarik lagi tangannya lalu mengulurkan lagi dengan pasrah agar terjadi tarik-menarik dengan Shella. "Aaaa… m***m sialaaaaan lo Micheellllllll." Shella berteriak karena Michell menariknya terlalu kencang hingga dua tangan lelaki itu mendarat di ke dua belah dadanya. "Micheeelll lepasin gue Anjiiirrrr." Shella kembali bersuara tinggi kala ia merasakan jemari Mich meremas miliknya. Bruukkkk! Shella terjatuh tepat di atas tubuh Mich. Kedua tangan Michell yang melayang di udara, ia buka lalu tutup lagi seperti adegan orang meremas. "Kenyal." Ucapnya pelan yang tentu saja masih bisa Shella dengar. "Kurang ajar! m***m kurang ajar! Sekarang d**a gue lo perawanin kampret lo aw…’, belum selesai Shella memarahi Mich sambil menjambaki rambut lelaki itu, Shella dikejutkan oleh suara seseorang yang amat ia kenal. "Ehem…” Shella membalikkan tubuh cepat, menatap sendu Leonil yang kini melihatnya dengan tatapan tajam penuh kekecewaan. "Jadi ini yang buat kita sebenernya nggak bisa sama-sama? Oke! Gue ngerti sekarang!” Shella bangkit, meninggalkan Mich yang mengepalkan jemari. Michell tahu past siapa lelaki itu. "Kak! Ini nggak seperti yang kakak kira. Kak, Please dengerin aku!” teriak Shella berharap Leonil akak mendengarkannya. Ia tak mau orang yang dia cintai salah paham. Terlebih pada Michell. "Kak!” saat Shella berhasil meraih tangan Leon, lelaki itu menghempaskan hingga Shella jatuh tersungkur. "Gue pikir pernyataan cinta lo tadi pagi beneran She, sampai gue lari dari rumah. Demi lo! Demi lo!" Setelah mengucapkan itu Leo kembali menyeret koper yang ia bawa, membiarkan Shella menangis sendiri. Leon bahkan tak sadar perlakuannya telah mencelakai kaki Shella. "Gue beneran cinta lo Kak…” isak Shella pilu mengenyahkan rasa sakit dikakinya yang tertancap pecahan pot. "s**t, kaki lo berdarah Shel. Kaki lo!" Tanpa pikir panjang Mich mengangkat tubuh Shella, Mich membawa Shella kedalam mobilnya dengan gadis itu yang menangis sesenggukkan. Entah menangisi apa, Michell tak perduli. Melihat darah di kaki Shella, Michell semakin kencang melajukan mobil. Ia membawa Shella ke rumah sakit milik kakeknya sendiri. “Tooollooong… Tooloooong! Pacar gue luka, b******k!" teriak Mich ketika sampai di UGD. Para perawat yang melihat cucu dari pemilik rumah sakit langsung berhamburan mendekat dan mengambil alih Shella. "Mas Mich sebaiknya tunggu di luar, biar kami yang tangani." Michell mengangguk ketika seorang dokter datang untuk melakukan penanganan. Drrttt Drttttt! Michell merasakan getaran disaku celananya, dengan cepat dia mengambil ponsel tersebut dan mendapati nama Brandon tertera di sana. "Hallo, gimana?" Mich langsung menanyakan apakah tugas yang dia berikan sudah dilaksanakan oleh Brandon atau belum. Tangan Michell mengepal setelah mendengar informasi dari Brandon. Rahangnya yang semula biasa saja kini mengeras. "Tolong kalian kasih informasi ke gue kalau cewek gue udah pindah kamar. Gue ada urusan penting." Ucapnya pada resepsionis di UGD sebelum melangkah pergi secepat mungkin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN