*** Banyak pekerjaan yang Naima tunda bukan karena ia tak ingin mengerjakan. Tapi sebagian hatinya terlalu kusut untuk diurai rasa sakit dan kecewanya. Berkali-kali ia menghela pelan, memijat ujung pangkal hidungnya, memejam kuat, juga kebiasaan yang tak pernah dilakukan sebelumnya, akhirnya ia lakukan; minum kopi. Saking inginnya ia segera selesai menemukan titik terang. Ganjalan di hatinya makin besar justeru setelah ia bicara dengan suaminya. Seharunsya ia sedikit lega, kan? Tapi bagian mana yang bisa membuatnya puas sementara permintaan suaminya sungguh di luar nalar. Apa iya dirinya harus berkorban dengan masuknya orang lain yang mengalihkan dan merusak harmonisasi rumah tangganya? Ingin sekali ia bertanya pada Andra apa isi kepalanya masih normal atau sudah terlalu penuh dengan so

