Fitri duduk dengan gelisah di depan Andra yang malah menatapnya lekat. Seolah pandangannya itu tak pernah ditemui kata puas untuk memperhatikannya. “Mas,” cicit Fitri pelan. “Kenapa?” Sejak kedatangan pria itu, tak ada satu patah kata pun terucap kecuali pelukannya yang erat. Serta satu bisik yang membuat Fitri termangu. “Mas kangen,” katanya. Ucapan itu ditangkap telinga Fitri sarat sekali sendu. Ada getar di sana seolah Andra mengucapkan itu dengan penuh pertimbangan tapi kenapa? Ah, bukan kah seharusnya Fitri tau ada apa? Mengenai pesan yang Andra kirim semalam? Di mana ia sukar memejamkan mata? Harus kah ia perjelas? Melihat kegamangan di wajah Fitri, Andra berdeham sekilas. Harus ia sudahi buang-buang waktu yang sebenarnya sangat ia sukai ini. Menatap lama pada wajah Fitri yang ia

