Arumi terbangun ketika merasakan ada yang menghisap ujung dadanya. Tubuhnya ingin menggeliat namun ada benda berat sedang menimpanya. Kedua matanya mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya lampu yang redup. “Mas Elang. Mas lagi ngapain?” “Haus, Sayang.” “Kalau haus ya minum air, Mas. Kenapa juga harus di situ?” “Mau minum yang ini saja.” “Mana ada airnya?” “Ada! Buktinya sejak tadi aku merasakan kesegaran.” Arumi menarik telinga suaminya yang tak kunjung menjauhkan wajahnya dari dadanya. Elang sudah mode on tidak akan ada yang bisa membuatnya mengurungkan niatnya untuk menggoda istrinya. Apalagi, saat ini tidak ada Maminya yang akan mengganggu aktivitasnya. “Aku kangen banget sama kamu, Sayang,” bisiknya, kini sudah mengecup leher putih sang istri. “Tapi kita ‘kan sedang berada d

