Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan du