Berjumpa Lagi

546 Kata
Masih di kantor Edy, Rara keliling di tempat itu. Semua ramah kepadanya, hingga sesuatu ketika ia berhenti di salah satu kafe ada di hotel ini. Kafenya dengan banyak hidangan lezat dan buat perut menjadi lapar. Tanpa rasa ragu ia pun masuk ke dalam, para pekerja tersenyum kepadanya. Bagaimana tidak, pemilik perhotelan ini milik keluarganya. "Nona mau pesan apa?" salah satu pelayan yang bekerja di kafe ini menyerahkan panduan beraneka macam menu sajian makanan di sini. "Mbak, jangan panggil gua, nona. Serasa seperti pemilik pengusaha kaya raya saja. Panggil saja Rara, yang punya gedung ini, kan, Papaku, bukan gua," celotehnya panjang lebar membuat pelayan ini tersenyum tipis. Rara melihat menu makanan, semua aneka makanan barat, di bolak-balik lembaran tebal menu itu, ada yang enak di lidahnya. "Gua pesan ini, terus ini, sama ini." Pelayan itu mencatat apa yang diinginkan. Tinggal menunggu makanan datang, dirogoh ponsel dari celana jeans cantiknya. Permainan game GetRich monopoli Line. Memang kegemarannya. Beda dengan Ibundanya permainan Drop dom Puzzle. Sedang asyiknya bermain, seorang pelayan menyambut pengujung di kafe ini. "Selamat siang, Pak Dennis, ada yang bisa saya bantu?" sambut ramah dan sopan dari pelayan wanita itu. "Tidak, saya hanya datang untuk melihat-lihat. Saya pesan Kopi hitam tanpa gula satu, dan jangan terlalu kental atau pun encer," ucapnya lalu melangkah masuk ke kafe itu. Suara permainan game GetRich itu mengundang beberapa pengujung menoleh namun kembali ke pandangan masing-masing. "Sialan! Please deh, jangan ambil rumah gua!" mengomelnya Pria itu yang duduk tidak jauh di mana posisi Rara berada. Pelayan itu berikan kopi hitam dan beberapa potongan roti di atas meja. Gadis pendek itu mendengus kasar, ia kalah lagi bermain game itu. Dia mendongak sekitar tempat kafe tersebut yang menarik perhatiannya adalah suasananya kurang menyegarkan. Dari sudut kedua matanya tertuju salah satu sosok yang sering pernah dia jumpai di minimarket. Penampilannya kali ini sangat berbeda banget. Kaus polos merek polo terus mukanya lebih segar dari biasanya. Buset! gua ketemu dia lagi, itu makhluk planet. Jodoh nih nggak ke mana-mana. Pria itu sedang membaca surat kabar, lalu potongan gigitan roti pada mulutnya. "Hai, Om tiang listrik," sapa suara merdu kayak madu itu membuat pria ini mengarah pandangan di depan dengan sorotan mata menajam. Memicing sehingga buat kedua matanya tak terlihat. Tidak buat gadis pendek ini takut sedikit pun. "Kenapa mata, Om? Kok makin menipis, kurang insto ya?" cerocosnya buat pria ini membisu dan tak menghiraukan ocehan gadis pendek ini. Rara belum putus asa, dicomot roti ada di depannya. Pria ini melirik tajam namun tak memperlihatkan kepadanya, terus mengamati tingkahnya benar bikin pria ini kesal dan jengkel. Anak siapa sih? nggak ada etika sopan santunnya. batin pria ini dalam hati sudah terlihat jengkel. "Mbak! Bawa ke sini...!" teriak gadis pendek ini kepada pelayan yang membawa pesanan darinya. Pesanannya cukup banyak, porsi untuk orang yang tubuh melar. "Ini, Om, sebagai gantinya. Tadi gua ambil roti sisanya karena lapar terlalu lama datang pesananku." Sepotong pencuci mulut buah semangka di letakkan atas piring kecil itu. Belum sampai di sini saja, masih ada lagi pesanan terakhir dari gadis pendek ini. Es krim jumbo rasa semangka dan jagung dihiasi oleh buah-buahan di atas es krimnya. Pria yang duduk di seberang berhadapan menatap porsi jumbo itu. Antara kaget atau shock. Ini cewek monster apa setan sih? batin pria itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN