Bayang-Bayang Menakutkan

874 Kata

“Wulan? Tumben ke sini.” Ibu mengkerutkan kening, dia heran melihat Wulan datang ke restoran miliknya. Sang menantu yang akan menjadi mantan menantu itu jarang sekali datang ke sini, apalagi datang ke rumah terlebih selama satu tahun terakhir—Wulan mengidap penyakit keras. Ibu membawa Wulan ke ruangan istirahat yang merangkap ruangan kerjanya. “Wulan kangen aja sama Ibu.” Wulan berujar sembari mengecup pipi kiri dan kanan ibu lalu memeluk beliau. Keduanya duduk bersisian di sofa panjang. “Kamu enggak apa-apa ‘kan, Nak?” Ibu bertanya, sorot matanya begitu hangat penuh sayang. Kenapa Wulan baru menyadari itu sekarang? Lalu ingatannya ditarik mundur ke belakang sejauh pernikahannya yang telah dilewati bersama Archio—Ibu selalu baik padanya, selalu mengerti kondisinya. Tidak pernah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN