Kekhawatiran Sang Ayah

1682 Kata

“Rumah kamu di mana?” Reyshaka bertanya saat mobilnya sudah keluar dari pelataran parkir apartemen Surya. Namira menyebutkan alamat rumahnya saat tangan Reyshaka sudah terulur menekan layar gps yang tergantung pada dashboard. “Kenapa kamu diem aja dilecehkan dan dianiaya mereka?” Bukan maksud menyalahkan tapi Reyshaka gemas karena Namira tidak melakukan perlawanan sengit malah tadi ketika Rivan mencekiknya—Namira tidak berteriak atau meronta. “Saya takut dipecat, Pak … saya enggak akan buat laporan apapun atas perlakuan pak Doni, pak Rivan dan pak Surya sama saya tapi tolong jangan pecat saya, Pak … saya butuh uang untuk hidup sehari-hari bersama ayah juga untuk berobat ayah ….” Reyshaka menoleh sekilas, pendar di matanya menyiratkan rasa iba yang besar pada Namira. Hatinya berdenyut

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN