Archio mendiamkan Wulan semenjak menjemput di Bandara, bahkan tidak sekalipun dia mengajak Wulan untuk makan. Pria itu menyibukkan diri dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena beberapa hari terakhir dia harus fokus dan mendahulukan pekerjaan di Jakarta. Dengan sering Archio mendengar hembusan napas bosan Wulan yang tengah menonton televisi membuat bibir Archio menyeringai puas. Archio berharap Wulan pulang kembali ke Surabaya malam ini juga jadi dia bisa menyusul Venus ke Bogor. Wulan bangkit dari sofa, dia berinisiatif memesan makanan di resto hotel melalui sambungan telepon dari kamar. “Kamu mau makan enggak?” Wulan bertanya dengan gagang telepon yang menempel di telinga. “Enggak!” Archio menggelengkan kepala tanpa mengalihkan tatap dari layar iPadnya. Wulan m