Bianca tahu keputusannya mempersilakan Nathan berkunjung ke apartemennya benar-benar gila. Namun, Bianca tak menyesalinya, meski separuh keteguhannya menjerit karena sikapnya yang plin plan. Ya, bagaimana tidak plin plan, setelah berbagai penolakan ia berikan pada Nathan, lalu sekarang ia membiarkan laki-laki itu kembali melangkah maju dengan sisa-sisa harapan semu yang ia berikan. Meski Bianca tak bermaksud memberi Nathan harapan palsu, hanya saja ia tak bisa membohongi perasaannya bahwa ia butuh Nathan. Ia butuh seseorang yang bisa menenangkan pikirannya saat ini, mengenyahkan segala huru hara di kepalanya dan membuatnya terlena kemudian melupakan semua hal menyakitkan yang terjadi hari ini. Hanya Nathan yang bisa melakukannya, hanya pelukan laki-laki itu yang bisa membuat Bianca terlena