Cinta, kesetiaan dan impian pernikahan. Itu semua hanyalah titik semu yang tidak mungkin terjadi di kehidupan Shinta. Terluka dan terluka lagi untuk ke sekian kalinya dan dengan bodohnya Shinta masih saja bertahan di atas lukanya sampai saat ini. Langit menghitam, angin cukup besar membelai permukaan wajahnya yang dipenuhi bekas cairan kesakitan yang belum mengering, lalu bekas itu mulai memudar seiring tetes-tetes basah dari dunia atas mulai menerjunkan diri dan menghantam tubuhnya sampai basah kuyup. Shinta tidak punya lagi tempat untuk berlindung. Jalannya sudah berubah begitu pun dengan kepercayaannya. Saat ini yang bisa dilakukan Shinta hanya merintih dengan isak tangis, menggigil di bawah pohon rindang yang bahkan tidak bisa melindunginya dari air hujan. Mencari kehangatan dari ke